Saturday 2 May 2015

Surah al maidah ayat 67 dan surah ibrahim ayat 24-25Tafsir pendidikan



TAFSIR QUR’AN
SURAH AL-MAIDAH AYAT 67 DAN
SURAH IBRAHIM AYAT 24-25

MATA KULIAH TAFSIR PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU:
ILHAM TAHIR, S.Ag., M.S.I.

DISUSUN OLEH:
SYAHDAN       11.0101.2013.023
RIA SARI        11.0101.2013.018






SEMESTER IV
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN AKADEMIK 2014/2015

KATA PENGANTAR


Puji syukur khadirat Allah swt, karena atas limpahan rahmatserta hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang sangat sederhana ini. Shalawat serta salam selalu Penyusun haturkan kepada Nabi junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya dan pengikutnya hingga akhir zaman. Makalah ini disusun agar dapat kita manfaatkan bersama untuk kehidupan kita sehar-hari.Tidak lupa Penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak Ilham Tohir, S.Ag., M.S.I. sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Tafsir Pendidikan.
Penyusun mengakui bahwa makalah ini masih banyak yang perlu untuk diperbaiki. Untuk itu Penyusun memerlukan saran dan kritikan dari semua pembaca untuk menyempurnakannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita bersama.

                                                                      Sambas, 30 April 2015


                                                                                Penyusun,


DAFTAR ISI


Kata Pengantar.........................................................................        i
Daftar Isi.................................................................................       ii
Ayat dan Terjemahan Surah Al-Maidah ayat 67 dan
Surah Ibrahim ayat 24-25..........................................................      iii
BAB I Pendahuluan..................................................................       1
A.  Latar Belakang...............................................................       1
B.   Batasan Masalah.............................................................       1
BAB II Pembahasan.................................................................       2
A.  Surah Al-Maidah ayat 67.................................................       2
B.   Surah Ibrahim ayat 24-25................................................       7
BAB III Simpulan....................................................................     11
Daftar Pustaka.........................................................................     12


SURAH AL-MAIDAH AYAT 67 DAN
SURAH IBRAHIM AYAT 24-25


* $pkšr'¯»tƒ ãAqߧ9$# õ÷Ïk=t/ !$tB tAÌRé& šøs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ( bÎ)ur óO©9 ö@yèøÿs? $yJsù |Møó¯=t/ ¼çmtGs9$yÍ 4 ª!$#ur šßJÅÁ÷ètƒ z`ÏB Ĩ$¨Z9$# 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw Ïöku tPöqs)ø9$# tûï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇÏÐÈ  

Artinya : “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Maidah, ayat 67).

öNs9r& ts? y#øx. z>uŽŸÑ ª!$# WxsWtB ZpyJÎ=x. Zpt6ÍhŠsÛ ;otyft±x. Bpt7ÍhsÛ $ygè=ô¹r& ×MÎ/$rO $ygããösùur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇËÍÈ   þÎA÷sè? $ygn=à2é& ¨@ä. ¤ûüÏm ÈbøŒÎ*Î/ $ygÎn/u 3 ÛUÎŽôØour ª!$# tA$sWøBF{$# Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 šcr㍞2xtGtƒ ÇËÎÈ
 
Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”. (QS. Ibrahim, ayat 24-25).





BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang
Islam menghendaki agar manusia dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah digariskan oleh Allah. Akan tetapi pendidikan Islam disini mencakup pengajaran umum dan pengajaran agama, yang didasari dengan langkah-langkah mengajar yang disebut dengan metode pengajaran. Dalam pendidikan Islam, pengajaran agama Islam mencakup pembinaan keterampilan, kognitif, dan afektif yang menyangkut pembinaan rasa Iman, rasa beragama pada umumnya. Adapun metode pendidikan Islam yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode disini mengemukakan bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan Islam, agar materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh anak didik. Dalam Al-Qur’an dan Hadits dapat ditemukan berbagai metode pendidikan yang sangat menyentuh perasaan,mendidik jiwa, dan membangkitkan semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu Muslimin untuk membuka hati umat manusia menerima tuntunan Allah. Dalam hal ini, salah satunya metode dakwah yang merupakan metode pendidikan yang berfungsi untuk mengajak dan membawa uamtnya ke jalan Allah dan untuk mendapat keridhoan-Nya.

B.   Batasan Masalah
1.    Tafsiran ayat surah Al-Maidah 67 dan Ibrahim 24-25 menurut ulama
2.    Implementasi dan penjelasan ayat surah Al-Maidah 67 dan Ibrahim 24-25

BAB II
PEMBAHASAN


A.  Surah Al-Maidah ayat 67
1.    Ayat dan Terjemahan

* $pkšr'¯»tƒ ãAqߧ9$# õ÷Ïk=t/ !$tB tAÌRé& šøs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ( bÎ)ur óO©9 ö@yèøÿs? $yJsù |Møó¯=t/ ¼çmtGs9$yÍ 4 ª!$#ur šßJÅÁ÷ètƒ z`ÏB Ĩ$¨Z9$# 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw Ïöku tPöqs)ø9$# tûï͍Ïÿ»s3ø9$# ÇÏÐÈ  

Artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.

2.    Asbabunuzul Ayat
Pada awalnya Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada dukungan langsung dari Allah maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Allah sebagai pihak pemberi wewenang menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan risalah. Nabi tidak sendirian, di belakangnya ada semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu Allah SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan ; “yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir”.
Menurut beberapa hadis yang diriwayatkan oleh beberapa sahabat Nabi SAW, seperti Ibnu Abbas, Abu Said Al-Khudri, Al-Barra’ bin Azib, Abu Hurairah, dan lainnya, ayat ini turun setelah haji Wada’ di Ghadir Khum sehubungan dengan perintah memproklarnirkan kepemimpinan (wilayah) Ali bin Abi Thalib a.s.

3.    Tafsiran
Arti “baligh” menurut Imam Al-Qurtubi lebih menampakan pada proses penyampaian amanah kapada masyarakat. Karena di awal penyebaran agama Islam nabi khawatir kepada orang-orang musyrik Makkah. Kemudian Allah memerintahkan untuk menampakan kerisalahan tersebut dengan diturunkannya ayat ini. Dan Allah memberitahu kepada nabi bahwa Allah akan menjaga keselamatannya. Bahkan bila nabi tidak menyampaikan ayat, menyembunyikan risalah dan amanat tersebut maka nabi dikatakan sebagai orang yang “kadzab”, berdusta.
Kata “Baligh” dalam bahasa Arab atinya sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qawl (ucapan), kata balig berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan apa yang dikehendaki. Karena itu prinsip qaulan balighan dapat diterjemahkan sebagai prinsip komunikasi yang effektif. Komunikasi yang efektif dan efisien dapat diperoleh bila memperhatikan pertama, bila dalam pembelajaran menyesuaikan pembicaranya dengan sifat khalayak. Istilah Al-Quran “fii anfusihiim”, artinya penyampaian dengan “bahasa” masyarakat setempat. Hal yang kedua agar komunikasi dalam proses pembelajaran dapat diterima peserta didik manakala komunikator menyentuh otak atau akal juga hatinya sekaligus. Tidak jarang di sela khotbahnya nabi berhenti untuk bertanya atau memberi kesempatan yang hadir untuk bertanya, terjadilah dialog. Khutbah nabi pendek tetapi padat penuh makna sehingga menyentuh dalam setiap sanubari pendengarnya.
Ada juga tafsiran lain, seperti berikut ini:
-      (Hai Rasul, sampaikanlah) semua
-      (yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu) dan janganlah kamu menyembunyikan sesuatupun dari pada-Nya karena takut akan mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan
-      (Dan jika tidak kamu lakukkan) tidak kamu sampaikan semua yang diturunkan kepadamu itu-(berarti kamu tidak menyampaikan risalah-Nya). “Risalah” dengan tunggal atau jamak, karena menyembunyikan sebagian berarti menyembunyikan semuanya
-      (Dan Allah memelihara kamu dari manusia) agar tidak sampai membunuhmu. Pada mulanya Rasulullah SAW itu dikawal sampai turun ayat ini, lalu sabdanya: “Pergilah karena sesungguhnya Allah Memeliharaku!” Riwayat Hakim. (sesungguhnya Allah tidak memberikan bimbingan kepada kaum yang kafir)[1].

4.    Implementasi
Metode pembelajaran dan mengajar dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu al-Qur’an. Al-Qur’ansebagai tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai pendidikan terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar. Ayat Al-Qur’anyang berkaitan dengan metode pembelajaran dan mengajar dalam presfektif al-Qur’an salah satunya terdapat Surat Al-Maidah ayat 67.
Dalam ayat tersebut terdapat kalimat “Balligh” yang artinya “Sampaikanlah”. Balligh berasal dari kata Al-Balagh atau Al-Bulugh yaitu sampai ke tujuan yang dimaksud baik berupa tempat, masa atau lainnya. Sedangkan masdarnya tabligh berarti ajakan atau seruan yang jelas dan gambling karena masa awal-awal Islam tabligh tersebut disampaikan secara sembunyi-sembunyi.
Secara bahasa, Tabligh berasal dari kata balagha, yuballighu, tablighan, yang berarti menyampaikan. Tabigh adalah kata kerja “transtif”, yang berarti membuat seseorang sampai, menyampaikan, atau melaporkan, dalam arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dalam bahasa Arab, orang yang menyampaikan disebut Mubaligh.
Dalam pandangan Muhammad A’la Thanvi, membahas Tabligh sebagai sebuah istilah ilmu dalam retorika, yang didefinisikan sebagai sebuah pernyataan kesastraan yang secara fisik maupun logis mungkin. Bagaimana orang yang diajak bicara bisa terpengaruh, terbuai, atau terbius, serta yakin dengan untaian kata-kata atau pesan yang disampaikan. Jadi menurut pendapat ini, dalam Tabligh ada aspek yang berhubungan dengan kepiawaian penyampai pesan dalam merangkai kata-kata yang indah yang mampu membuat lawan bicara terpesona.
Sedangkan menurut Dr. Ibrahim, Tabligh adalah, “Memberikan informasi yang benar, pengetahuan yang factual, dan hakikat pasti yang bisa menolong dan membantu manusia untuk membentuk pendapat yang tepat dalam suatu kejadian atau dari berbagai kesulitan.
Sedangkan dalam konteks ajaran Islam, tabligh adalah penyampaian dan pemberitaaan tentang ajaran-ajaran Islam kepada umat manusia, yang dengan penyampaian dan pemberitaan tersebut, pemberita menjadi terlepas dari beban kewajiban memberitakan dan pihak penerima berita menjadi terikat dengannya. Dalam konsep Islam, tabligh merupakan salah satu perintah yang dibebankan kepada para utusan-Nya. Nabi Muhammad sebagai utusan Allah beliau menerima risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya kepada seluruh umat manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan oleh pegikut dan umatnya.
QS Al-Maidah ayat 67 ini memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya menyampaikan apa yang telah diturunkan kepadanya tanpa menghiraukan besarnya tantangan yang akan dihadapinya. Dalam melaksanakan tugas tabligh ini, beliau menunjukkan metode langsung, baik berupa contoh, maupun ajakan.
Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa pendidikan adalah sebagai jalan untuk menyelamatkan manusia dalam hal ini anak didik, maka pendidikan harus dibina dan jalankan secara baik, guru yang bertugas sebagai pemberi ilmu atau sebagai orang yang memfasilitasi anak didiknya untuk mendapatkan wawasan diharuskan mengajar sesusai dengan norma-norma pendidikan yang ada. Menyampaikan ilmu pengetahuan secara jelas dan tepat, tidak hanya mentransferkan ilmunya saja tetapi harus diimbangi dengan sikap atau akhlak yang baik yang sesuai dengan aturan Agama dan adat yang ada.
Rasulullah sebagai pengembang risalah Allah, beliau dituntut untuk menyampaikan yang haq kepada umat manusia di bumi ini, tidak menyembunyikan sedikitpun dari risalah yang ada meskipun itu pahit dirasakannya, beliau adalah sosok manusia yang sempurna ucapan dan perbuatannya seimbang sehingga beliau adalah cerminan dari Al-Quran yang menjadi tauladan bagi umat manusia. Begitupun bagi seorang guru sebagai penyampai ilmu pengetahuan, guru dituntut untuk menyampaikan ilmu pengetahuan secara baik kepada anak didiknya.[2]



B.   Surah Ibrahim ayat 24-25
1.    Ayat dan Terjemahan

öNs9r& ts? y#øx. z>uŽŸÑ ª!$# WxsWtB ZpyJÎ=x. Zpt6ÍhŠsÛ ;otyft±x. Bpt7ÍhsÛ $ygè=ô¹r& ×MÎ/$rO $ygããösùur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇËÍÈ  

Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit”.

þÎA÷sè? $ygn=à2é& ¨@ä. ¤ûüÏm ÈbøŒÎ*Î/ $ygÎn/u 3 ÛUÎŽôØour ª!$# tA$sWøBF{$# Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 šcr㍞2xtGtƒ ÇËÎÈ  

Artinya: “Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat”.

2.    Asbabunuzul Ayat
Berdasar satu riwayat yang menyatakan (‘Abdullah) putra ‘Umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling Rasulullah SAW., lalu beliau bersabda :” Beritahulah aku tentang sebuah  pohon yang serupa dengan seorang muslim, memberikan buahnya pada setiap musim! “ Putra ‘Umar berkata: “Terlintas dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.”Dan seketika Rasul SAW., tidak  mendengar jawaban dari hadirin, beliau bersabda: “Pohon itu adalah pohon kurma”. Setelah selesai pertemuan dengan Rasul SAW itu, aku berkata kepada (ayahku) ‘Umar:”Hai Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam benakku bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma.“Beliau berkata: “Mengapa engkau tidak menyampaikannya?”Aku menjawab: “Aku tidak melihat seorang pun berbicara, maka aku pun segera berbicara.” ‘Umar ra. Berkata :”Seandainya engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu.”HR.Bukhari,Muslim,at-Tirmidzi dan lain-lain.[3]

3.    Tafsiran
Ayat ini mengajak siapapun yang dapat melihat yakni merenung dan memperhatikan, dengan menyatakan: “Tidakkah kamu melihat, yakni memerhatikan, bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik? Kalimat itu seperti pohon yang baik, akarnya teguh menghujam kebawah sehingga tidak dapat dirobohkan oleh angin dan cabangnya tinggi (menjulang) ke langit, yakni keatas. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap waktu, yakni musim, dengan seizin Tuhannya sehingga tidak ada satu kekuatan yang dapat menghalangi pertumbuhan dan hasilnya yang memuaskan. Demikianlah Allah membuat perumpamaan-perumpamaan,  yakni memberi contoh dan permisalan  untuk manusia supaya dengan demikian makna-makna abstrak dapat ditangkap melalui hal-hal konkret sehingga mereka selalu ingat.[4]

4.    Implementasi
Nilai Tarbawi yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas adalah bahwa perumpamaan adalah salah satu metode yang dapat diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Melalui ungkapan-ungkapan pemisalan, anak didik akan mudah memahami materi pelajran dan akan lebih termotivasi untuk melakukan karya-karya nyata dan positif. Gambaran perumpamaan pada ayat di atas tentang pohon bagus yang akarnya kokoh menancap ke dasar bumi dan cabangnya menjulang ke angkasa untuk sebuah kalimah thayyibah, bertujuan agar obyek yang diajak bicara lebih mudah memahami pentingnya memiliki prinsip tauhid yang kuat dalam menempuh perjalanan kehidupan di dunia ini.[5]
Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang mengandung ajaran tauhid, atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadian serta adab dan sopan santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
Dalam ayat ini digambarkan bahwa pohon yang baik itu selalu memberikan buahnya kepada setiap manusia. Begitu juga halnya dengan manusia, ia juga harus bermanfaat bagi orang lain. Setiap orang yang memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah karena pada hakekatnya ilmu pengetahuan yang telah di perolehnya melalui seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT. [6]
Garis besar yang dapat ditarik dari penjelasan Q.S. Ibrahim ayat 24-25, dalam ruang lingkup pendidikan menggunakan 2 metode, yaitu:


a.    Metode perumpamaan
Dalam dunia pendidikan, membuat perumpamaan akan membantu memahamkan dan mengingatkan peserta didik terhadap makna perkataan, karena hati lebih mudah di lunakkan dengan perumpamaan-perumpamaan. Dengan perumpamaan, sesuatu yang rasional bisa disesuaikan dengan sesuatu yang indrawi. Maka, tercapailah pengetahuan yang sempurna tentang sesuatu yang diumpamakan.
b.    Metode kontemplasi
Dalam ayat ini memberikan gambaran kepada kita untuk merenungi dan mentafakuri ciptaan Allah SWT agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya. Dengan metode kontemplasi, pendidik dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari kandungan ayat - ayat Allah yang memiliki kandungan-kandungan makna yang tersirat, sehingga dapat menyampaikannya kepada peserta didik.
Metode pendidikan yang baik dalam kegiatan belajar mengajar harus:
1)   perumpamaan yang baik-baik saja agar mendapatkan contoh yang baik sehingga peserta didik dapat menirunya.
2)   Menggunakan kata-kata yang baik dan benar agar peserta didik mampu menyerap manfaat darinya.
3)   Tidak diperbolehkan menggunakan kata-kata buruk yang dapat mempengaruhi perilaku siswa.
4)   Senantiasa menggunakan Al-Qur’andan Hadits sebagai acuan dalam kegiatan belajar mengajar. 

BAB III
SIMPULAN


Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa kita selaku umat nabi Muhammad SAW harus meniru dan mensuri tauladani akhlak nabi Muhammad SAW, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi keluarga dan orang tua hendaklah mendidik anaknya dengan cara meniru akhlak rosululloh sehingga terciptalah norma-norma islam dan kepribadian dalam diri anak tersebut. Dalam ayat ini menggunakan metode suri tauladan dalam ruang lingkup pendidikan.
Ayat tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita untuk merenungi dan mentafakuri ciptaan Allah agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya. Seperti ayat-ayat Allah yang memiliki kandungan-kandungan makna yang tersirat. Dan metode pengajaran dalam ayat ini adalah kontemplasi.
Rasulullah SAW merupakan teladan terbesar buat umat manusia, beliau adalah seorang pendidik seorang yang memberi petunjuk kepada manusia dengan tingkah lakunya sendiri terlebih dahulu sebelum dengan kata-kata yang baik, dalam hal ini al-quran dan hadits menyebutkannya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung pada cara/mengajar gurunya. Kita jangan takut untuk menyampaikan sesuatu yang benar dan dalam menyampailan ilmu, tetapi hal itu harus sesuai dengan ilmunya tidak boleh di lebihkan ataupun ditambahkan.



DAFTAR PUSTAKA


M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 365.
Ahmad Tafsir, DR. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung. 1994.
Imam Jalaluddin Al-Mahalliy, Imam Jalaluddin As-Suyuthi. 1990. Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Sinar Baru: Bandung
Syaikh, ‘Abdullah bin Muhammad Alu. 2008. Labaabut Tafsir Min Ibni Katsir. Terjemahan oleh ‘Abdul Ghoffur. Jakarta: Pustaka Imam Asy-syafi’i.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’andan Tafsirnya jilid 5, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 144-145.
http://roeslihamzah.blogspot.com/2012/07/metode-pengajaran-dalam-al-quran.html.
http://roeslihamzah.blogspot.com/2012/07/metode-pengajaran-dalam-al-quran.html.



[1] Quraish Shihab,M. 2006. Tafsir Al-Misbah. Lentera Hati: Jakarta
[2] http://secerahpewarna.wordpress.com/2012/06/16/metode-pembelajaran-suri-tauladan/
[3] http://roeslihamzah.blogspot.com/2012/07/metode-pengajaran-dalam-al-quran.html.
[4] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 365.  
[5] http://roeslihamzah.blogspot.com/2012/07/metode-pengajaran-dalam-al-quran.html.
[6] Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid 5, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010), hlm. 144-145.

No comments:

Post a Comment

Biografi dan Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh

DAFTAR ISI                                                                                                 KATA PENGANTAR .........