TAFSIR
QUR’AN
SURAH AL-MAIDAH AYAT 67 DAN
SURAH IBRAHIM AYAT 24-25
MATA KULIAH TAFSIR PENDIDIKAN
DOSEN
PENGAMPU:
ILHAM TAHIR, S.Ag., M.S.I.
DISUSUN
OLEH:
SYAHDAN 11.0101.2013.023
RIA SARI 11.0101.2013.018
SEMESTER IV
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM
SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN SAMBAS
TAHUN AKADEMIK 2014/2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Allah swt, karena atas limpahan
rahmatserta hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang sangat
sederhana ini. Shalawat serta salam selalu Penyusun haturkan kepada Nabi
junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya dan pengikutnya hingga
akhir zaman. Makalah ini disusun agar dapat kita manfaatkan bersama untuk
kehidupan kita sehar-hari.Tidak lupa Penyusun ucapkan terima kasih kepada Bapak
Ilham Tohir, S.Ag., M.S.I. sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Tafsir Pendidikan.
Penyusun mengakui bahwa makalah ini masih banyak yang perlu
untuk diperbaiki. Untuk itu Penyusun memerlukan saran dan kritikan dari semua
pembaca untuk menyempurnakannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
bersama.
Sambas,
30 April 2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar......................................................................... i
Daftar
Isi................................................................................. ii
Ayat dan Terjemahan
Surah Al-Maidah ayat 67 dan
Surah
Ibrahim ayat 24-25.......................................................... iii
BAB
I Pendahuluan.................................................................. 1
A. Latar
Belakang............................................................... 1
B.
Batasan Masalah............................................................. 1
BAB
II Pembahasan................................................................. 2
A. Surah
Al-Maidah ayat 67................................................. 2
B.
Surah Ibrahim ayat 24-25................................................ 7
BAB
III Simpulan.................................................................... 11
Daftar
Pustaka......................................................................... 12
SURAH AL-MAIDAH AYAT 67 DAN
SURAH IBRAHIM AYAT 24-25
* $pkr'¯»t ãAqߧ9$# õ÷Ïk=t/ !$tB tAÌRé& øs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ( bÎ)ur óO©9 ö@yèøÿs? $yJsù |Møó¯=t/ ¼çmtGs9$yÍ 4 ª!$#ur ßJÅÁ÷èt z`ÏB Ĩ$¨Z9$# 3 ¨bÎ) ©!$# w Ïöku tPöqs)ø9$# tûïÍÏÿ»s3ø9$# ÇÏÐÈ
Artinya : “Hai rasul,
sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan jika tidak kamu
kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak menyampaikan
amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS. Al-Maidah, ayat
67).
öNs9r& ts? y#øx. z>uÑ ª!$# WxsWtB ZpyJÎ=x. Zpt6ÍhsÛ ;otyft±x. Bpt7ÍhsÛ $ygè=ô¹r& ×MÎ/$rO $ygããösùur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇËÍÈ þÎA÷sè? $ygn=à2é& ¨@ä. ¤ûüÏm ÈbøÎ*Î/ $ygÎn/u 3 ÛUÎôØour ª!$# tA$sWøBF{$# Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 crã2xtGt ÇËÎÈ
Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah
telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan
seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya
mereka selalu ingat”.
(QS. Ibrahim, ayat 24-25).
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam menghendaki agar manusia
dididik supaya ia mampu merealisasikan tujuan hidupnya sebagaimana yang telah
digariskan oleh Allah. Akan tetapi pendidikan Islam disini mencakup pengajaran
umum dan pengajaran agama, yang didasari dengan langkah-langkah mengajar yang
disebut dengan metode pengajaran. Dalam pendidikan Islam, pengajaran agama
Islam mencakup pembinaan keterampilan, kognitif, dan afektif yang menyangkut
pembinaan rasa Iman, rasa beragama pada umumnya. Adapun metode pendidikan Islam
yaitu cara yang paling tepat dilakukan oleh pendidikan untuk menyampaikan bahan
atau materi pendidikan Islam kepada anak didik. Metode disini mengemukakan
bagaimana mengolah, menyusun dan menyajikan materi pendidikan Islam, agar
materi pendidikan Islam tersebut dapat dengan mudah diterima dan dimiliki oleh
anak didik. Dalam Al-Qur’an dan Hadits dapat ditemukan berbagai metode
pendidikan yang sangat menyentuh perasaan,mendidik jiwa, dan membangkitkan
semangat, juga mampu menggugah puluhan ribu Muslimin untuk membuka hati umat
manusia menerima tuntunan Allah. Dalam hal ini, salah satunya metode dakwah
yang merupakan metode pendidikan yang berfungsi untuk mengajak dan membawa
uamtnya ke jalan Allah dan untuk mendapat keridhoan-Nya.
B. Batasan Masalah
1.
Tafsiran ayat surah Al-Maidah 67 dan Ibrahim
24-25 menurut ulama
2.
Implementasi dan penjelasan ayat surah Al-Maidah
67 dan Ibrahim 24-25
BAB II
PEMBAHASAN
A. Surah Al-Maidah ayat 67
1. Ayat dan Terjemahan
* $pkr'¯»t ãAqߧ9$# õ÷Ïk=t/ !$tB tAÌRé& øs9Î) `ÏB y7Îi/¢ ( bÎ)ur óO©9 ö@yèøÿs? $yJsù |Møó¯=t/ ¼çmtGs9$yÍ 4 ª!$#ur ßJÅÁ÷èt z`ÏB Ĩ$¨Z9$# 3 ¨bÎ) ©!$# w Ïöku tPöqs)ø9$# tûïÍÏÿ»s3ø9$# ÇÏÐÈ
Artinya: “Hai rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu. dan
jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu tidak
menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dari (gangguan) manusia.
Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”
2. Asbabunuzul Ayat
Pada awalnya Nabi merasa takut untuk
menyampaikan risalah kenabian. Namun karena ada dukungan langsung dari Allah
maka keberanian itu muncul. Dukungan dari Allah sebagai pihak pemberi wewenang
menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam menyampaikan risalah. Nabi
tidak sendirian, di belakangnya ada semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang
sempurna yaitu Allah SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada
keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab penyampaian materi
sebagai pewarisan nilai merupakan amanat agung yang harus diberikan. Bukankah
nabi berpesan ; “yang hadir hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir”.
Menurut beberapa hadis yang diriwayatkan oleh
beberapa sahabat Nabi SAW, seperti Ibnu Abbas, Abu Said Al-Khudri, Al-Barra’
bin Azib, Abu Hurairah, dan lainnya, ayat ini turun setelah haji Wada’ di
Ghadir Khum sehubungan dengan perintah memproklarnirkan kepemimpinan (wilayah)
Ali bin Abi Thalib a.s.
3. Tafsiran
Arti “baligh” menurut Imam Al-Qurtubi lebih
menampakan pada proses penyampaian amanah kapada masyarakat. Karena di awal
penyebaran agama Islam nabi khawatir kepada orang-orang musyrik Makkah.
Kemudian Allah memerintahkan untuk menampakan kerisalahan tersebut dengan
diturunkannya ayat ini. Dan Allah memberitahu kepada nabi bahwa Allah akan
menjaga keselamatannya. Bahkan bila nabi tidak menyampaikan ayat,
menyembunyikan risalah dan amanat tersebut maka nabi dikatakan sebagai orang
yang “kadzab”, berdusta.
Kata “Baligh” dalam bahasa Arab atinya
sampai, mengenai sasaran, atau mencapai tujuan. Bila dikaitkan dengan qawl
(ucapan), kata balig berarti fasih, jelas maknanya, terang, tepat mengungkapkan
apa yang dikehendaki. Karena itu prinsip qaulan balighan dapat diterjemahkan sebagai
prinsip komunikasi yang effektif. Komunikasi yang efektif dan efisien dapat
diperoleh bila memperhatikan pertama, bila dalam pembelajaran menyesuaikan pembicaranya
dengan sifat khalayak. Istilah Al-Quran “fii anfusihiim”, artinya penyampaian
dengan “bahasa” masyarakat setempat. Hal yang kedua agar komunikasi dalam
proses pembelajaran dapat diterima peserta didik manakala komunikator menyentuh
otak atau akal juga hatinya sekaligus. Tidak jarang di sela khotbahnya nabi
berhenti untuk bertanya atau memberi kesempatan yang hadir untuk bertanya,
terjadilah dialog. Khutbah nabi pendek tetapi padat penuh makna sehingga
menyentuh dalam setiap sanubari pendengarnya.
Ada juga tafsiran lain, seperti berikut
ini:
-
(Hai Rasul, sampaikanlah) semua
-
(yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu) dan
janganlah kamu menyembunyikan sesuatupun dari pada-Nya karena takut akan
mendapatkan hal-hal yang tidak diinginkan
-
(Dan jika tidak kamu lakukkan) tidak kamu
sampaikan semua yang diturunkan kepadamu itu-(berarti kamu tidak menyampaikan
risalah-Nya). “Risalah” dengan tunggal atau jamak, karena menyembunyikan
sebagian berarti menyembunyikan semuanya
-
(Dan Allah memelihara kamu dari manusia) agar
tidak sampai membunuhmu. Pada mulanya Rasulullah SAW itu dikawal sampai turun
ayat ini, lalu sabdanya: “Pergilah karena sesungguhnya Allah Memeliharaku!”
Riwayat Hakim. (sesungguhnya Allah tidak memberikan bimbingan kepada kaum yang
kafir)[1].
4. Implementasi
Metode pembelajaran dan mengajar
dalam Islam tidak terlepas dari sumber pokok ajaran yaitu al-Qur’an. Al-Qur’ansebagai
tuntunan dan pedoman bagi umat telah memberikan garis-garis besar mengenai
pendidikan terutama tentang metode pembelajaran dan metode mengajar. Ayat Al-Qur’anyang
berkaitan dengan metode pembelajaran dan mengajar dalam presfektif al-Qur’an salah
satunya terdapat Surat Al-Maidah ayat 67.
Dalam ayat tersebut terdapat
kalimat “Balligh” yang artinya “Sampaikanlah”. Balligh berasal dari kata
Al-Balagh atau Al-Bulugh yaitu sampai ke tujuan yang dimaksud baik berupa
tempat, masa atau lainnya. Sedangkan masdarnya tabligh berarti ajakan atau
seruan yang jelas dan gambling karena masa awal-awal Islam tabligh tersebut
disampaikan secara sembunyi-sembunyi.
Secara bahasa, Tabligh berasal dari
kata balagha, yuballighu, tablighan, yang berarti menyampaikan. Tabigh adalah
kata kerja “transtif”, yang berarti membuat seseorang sampai, menyampaikan,
atau melaporkan, dalam arti menyampaikan sesuatu kepada orang lain. Dalam
bahasa Arab, orang yang menyampaikan disebut Mubaligh.
Dalam pandangan Muhammad A’la
Thanvi, membahas Tabligh sebagai sebuah istilah ilmu dalam retorika, yang
didefinisikan sebagai sebuah pernyataan kesastraan yang secara fisik maupun
logis mungkin. Bagaimana orang yang diajak bicara bisa terpengaruh, terbuai,
atau terbius, serta yakin dengan untaian kata-kata atau pesan yang disampaikan.
Jadi menurut pendapat ini, dalam Tabligh ada aspek yang berhubungan dengan
kepiawaian penyampai pesan dalam merangkai kata-kata yang indah yang mampu
membuat lawan bicara terpesona.
Sedangkan menurut Dr. Ibrahim,
Tabligh adalah, “Memberikan informasi yang benar, pengetahuan yang factual, dan
hakikat pasti yang bisa menolong dan membantu manusia untuk membentuk pendapat
yang tepat dalam suatu kejadian atau dari berbagai kesulitan.
Sedangkan dalam konteks ajaran
Islam, tabligh adalah penyampaian dan pemberitaaan tentang ajaran-ajaran Islam
kepada umat manusia, yang dengan penyampaian dan pemberitaan tersebut,
pemberita menjadi terlepas dari beban kewajiban memberitakan dan pihak penerima
berita menjadi terikat dengannya. Dalam konsep Islam, tabligh merupakan salah
satu perintah yang dibebankan kepada para utusan-Nya. Nabi Muhammad sebagai
utusan Allah beliau menerima risalah dan diperintahkan untuk menyampaikannya
kepada seluruh umat manusia, yang selanjutnya tugas ini diteruskan oleh pegikut
dan umatnya.
QS Al-Maidah ayat 67 ini
memerintahkan kepada Nabi Muhammad supaya menyampaikan apa yang telah
diturunkan kepadanya tanpa menghiraukan besarnya tantangan yang akan
dihadapinya. Dalam melaksanakan tugas tabligh ini, beliau menunjukkan metode
langsung, baik berupa contoh, maupun ajakan.
Dari uraian diatas dapat dikatakan
bahwa pendidikan adalah sebagai jalan untuk menyelamatkan manusia dalam hal ini
anak didik, maka pendidikan harus dibina dan jalankan secara baik, guru yang bertugas
sebagai pemberi ilmu atau sebagai orang yang memfasilitasi anak didiknya untuk
mendapatkan wawasan diharuskan mengajar sesusai dengan norma-norma pendidikan
yang ada. Menyampaikan ilmu pengetahuan secara jelas dan tepat, tidak hanya
mentransferkan ilmunya saja tetapi harus diimbangi dengan sikap atau akhlak
yang baik yang sesuai dengan aturan Agama dan adat yang ada.
Rasulullah sebagai pengembang
risalah Allah, beliau dituntut untuk menyampaikan yang haq kepada umat manusia
di bumi ini, tidak menyembunyikan sedikitpun dari risalah yang ada meskipun itu pahit dirasakannya, beliau adalah sosok manusia yang
sempurna ucapan dan perbuatannya seimbang sehingga beliau adalah cerminan dari
Al-Quran yang menjadi tauladan bagi umat manusia. Begitupun bagi seorang guru
sebagai penyampai ilmu pengetahuan, guru dituntut untuk menyampaikan ilmu
pengetahuan secara baik kepada anak didiknya.[2]
B. Surah Ibrahim ayat 24-25
1. Ayat dan Terjemahan
öNs9r& ts? y#øx. z>uÑ ª!$# WxsWtB ZpyJÎ=x. Zpt6ÍhsÛ ;otyft±x. Bpt7ÍhsÛ $ygè=ô¹r& ×MÎ/$rO $ygããösùur Îû Ïä!$yJ¡¡9$# ÇËÍÈ
Artinya: “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan
kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit”.
þÎA÷sè? $ygn=à2é& ¨@ä. ¤ûüÏm ÈbøÎ*Î/ $ygÎn/u 3 ÛUÎôØour ª!$# tA$sWøBF{$# Ĩ$¨Y=Ï9 óOßg¯=yès9 crã2xtGt ÇËÎÈ
Artinya: “Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap musim dengan seizin Tuhannya.
Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu
ingat”.
2. Asbabunuzul Ayat
Berdasar satu riwayat yang menyatakan
(‘Abdullah) putra ‘Umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami berada di
sekeliling Rasulullah SAW., lalu beliau bersabda :” Beritahulah aku tentang sebuah
pohon yang serupa dengan seorang muslim, memberikan buahnya pada setiap
musim! “ Putra ‘Umar berkata: “Terlintas
dalam benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu Bakar
dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.”Dan seketika Rasul
SAW., tidak mendengar jawaban dari
hadirin, beliau bersabda: “Pohon itu
adalah pohon kurma”. Setelah selesai pertemuan dengan Rasul SAW itu, aku
berkata kepada (ayahku) ‘Umar:”Hai Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam
benakku bahwa yang dimaksud adalah pohon kurma.“Beliau berkata: “Mengapa engkau tidak menyampaikannya?”Aku
menjawab: “Aku tidak melihat seorang pun berbicara, maka aku pun segera
berbicara.” ‘Umar ra. Berkata :”Seandainya
engkau menyampaikannya maka sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu.”HR.Bukhari,Muslim,at-Tirmidzi
dan lain-lain.[3]
3. Tafsiran
Ayat ini
mengajak siapapun yang dapat melihat yakni merenung dan memperhatikan, dengan
menyatakan: “Tidakkah kamu melihat, yakni memerhatikan, bagaimana
Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik? Kalimat itu seperti
pohon yang baik, akarnya teguh menghujam kebawah sehingga tidak dapat
dirobohkan oleh angin dan cabangnya tinggi (menjulang) ke langit, yakni
keatas. Pohon itu memberikan buahnya pada Setiap waktu, yakni musim,
dengan seizin Tuhannya sehingga tidak ada satu kekuatan yang dapat
menghalangi pertumbuhan dan hasilnya yang memuaskan. Demikianlah Allah
membuat perumpamaan-perumpamaan, yakni memberi contoh dan permisalan untuk manusia supaya dengan demikian
makna-makna abstrak dapat ditangkap melalui hal-hal konkret sehingga mereka
selalu ingat.[4]
4. Implementasi
Nilai Tarbawi yang dapat diambil dari ayat
tersebut di atas adalah bahwa perumpamaan adalah salah satu metode yang dapat
diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Melalui ungkapan-ungkapan pemisalan,
anak didik akan mudah memahami materi pelajran dan akan lebih termotivasi untuk
melakukan karya-karya nyata dan positif. Gambaran perumpamaan pada ayat di atas
tentang pohon bagus yang akarnya kokoh menancap ke dasar bumi dan cabangnya
menjulang ke angkasa untuk sebuah kalimah thayyibah, bertujuan agar obyek yang
diajak bicara lebih mudah memahami pentingnya memiliki prinsip tauhid yang kuat
dalam menempuh perjalanan kehidupan di dunia ini.[5]
Perumpamaan yang disebutkan dalam ayat ini
ialah perumpamaan mengenai kata-kata ucapan yang baik, misalnya kata-kata yang
mengandung ajaran tauhid, atau kata-kata lain yang mengajak manusia kepada
kebajikan dan mencegah mereka dari kemungkaran. Kata-kata semacam itu
diumpamakan sebagai pohon yang baik, akarnya teguh menghunjam ke bumi.
Agama Islam mengajarkan kepada umatnya agar
membiasakan diri menggunakan ucapan yang baik, yang berfaedah bagi dirinya, dan
bermanfaat bagi orang lain. Ucapan seseorang menunjukkan watak dan kepribadian
serta adab dan sopan santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi ucapan
dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan rasa jijik bagi yang
mendengarnya.
Dalam ayat ini digambarkan bahwa pohon yang
baik itu selalu memberikan buahnya kepada setiap manusia. Begitu juga halnya
dengan manusia, ia juga harus bermanfaat bagi orang lain. Setiap orang yang
memperoleh ilmu pengetahuan dari seorang guru haruslah bersyukur kepada Allah
karena pada hakekatnya ilmu pengetahuan yang telah di perolehnya melalui
seseorang adalah karunia dan rahmat dari Allah SWT. [6]
Garis besar yang dapat ditarik dari
penjelasan Q.S. Ibrahim ayat 24-25, dalam ruang lingkup pendidikan menggunakan
2 metode, yaitu:
a.
Metode perumpamaan
Dalam dunia pendidikan, membuat perumpamaan akan membantu memahamkan dan mengingatkan
peserta didik terhadap makna perkataan, karena hati lebih mudah di lunakkan
dengan perumpamaan-perumpamaan. Dengan perumpamaan, sesuatu yang rasional bisa
disesuaikan dengan sesuatu yang indrawi. Maka, tercapailah pengetahuan yang
sempurna tentang sesuatu yang diumpamakan.
b.
Metode kontemplasi
Dalam ayat ini memberikan gambaran kepada kita untuk merenungi dan
mentafakuri ciptaan Allah SWT agar dapat diambil hikmah dan pelajarannya.
Dengan metode kontemplasi, pendidik dapat mengambil hikmah dan pelajaran dari
kandungan ayat - ayat Allah yang memiliki kandungan-kandungan makna yang
tersirat, sehingga dapat menyampaikannya kepada peserta didik.
Metode pendidikan yang baik dalam kegiatan belajar mengajar harus:
1)
perumpamaan yang baik-baik saja agar mendapatkan
contoh yang baik sehingga peserta didik dapat menirunya.
2)
Menggunakan kata-kata yang baik dan benar agar
peserta didik mampu menyerap manfaat darinya.
3)
Tidak diperbolehkan menggunakan kata-kata buruk
yang dapat mempengaruhi perilaku siswa.
4)
Senantiasa menggunakan Al-Qur’andan Hadits
sebagai acuan dalam kegiatan belajar mengajar.
BAB III
SIMPULAN
Dalam ayat di atas menjelaskan bahwa kita selaku umat nabi
Muhammad SAW harus meniru dan mensuri tauladani akhlak nabi Muhammad SAW, baik
dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam kehidupan bermasyarakat. Bagi keluarga
dan orang tua hendaklah mendidik anaknya dengan cara meniru akhlak rosululloh
sehingga terciptalah norma-norma islam dan kepribadian dalam diri anak
tersebut. Dalam ayat ini menggunakan metode suri tauladan dalam ruang lingkup
pendidikan.
Ayat tersebut di atas memberikan gambaran kepada kita untuk
merenungi dan mentafakuri ciptaan Allah agar dapat diambil hikmah dan
pelajarannya. Seperti ayat-ayat Allah yang memiliki kandungan-kandungan makna
yang tersirat. Dan metode pengajaran dalam ayat ini adalah kontemplasi.
Rasulullah SAW merupakan teladan terbesar buat umat manusia,
beliau adalah seorang pendidik seorang yang memberi petunjuk kepada manusia
dengan tingkah lakunya sendiri terlebih dahulu sebelum dengan kata-kata yang
baik, dalam hal ini al-quran dan hadits menyebutkannya.
Metodologi mengajar dalam dunia pendidikan perlu dimiliki
oleh pendidik, karena keberhasilan Proses Belajar Mengajar (PBM) bergantung
pada cara/mengajar gurunya. Kita jangan takut untuk menyampaikan sesuatu yang
benar dan dalam menyampailan ilmu, tetapi hal itu harus sesuai dengan ilmunya
tidak boleh di lebihkan ataupun ditambahkan.
DAFTAR PUSTAKA
M. Quraish Shihab, Tafsir
Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 365.
Ahmad Tafsir, DR. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. PT. Remaja Rosdakarya:
Bandung. 1994.
Imam Jalaluddin Al-Mahalliy, Imam Jalaluddin
As-Suyuthi. 1990. Terjemah Tafsir
Jalalain Berikut Asbabun Nuzul. Sinar Baru: Bandung
Syaikh,
‘Abdullah bin Muhammad Alu. 2008. Labaabut
Tafsir Min Ibni Katsir. Terjemahan oleh ‘Abdul Ghoffur. Jakarta: Pustaka
Imam Asy-syafi’i.
Kementerian Agama RI, Al-Qur’andan Tafsirnya jilid 5, (Jakarta: Lentera Abadi, 2010),
hlm. 144-145.
http://roeslihamzah.blogspot.com/2012/07/metode-pengajaran-dalam-al-quran.html.
http://roeslihamzah.blogspot.com/2012/07/metode-pengajaran-dalam-al-quran.html.
[1]
Quraish Shihab,M. 2006. Tafsir Al-Misbah.
Lentera Hati: Jakarta
[2]
http://secerahpewarna.wordpress.com/2012/06/16/metode-pembelajaran-suri-tauladan/
[3]
http://roeslihamzah.blogspot.com/2012/07/metode-pengajaran-dalam-al-quran.html.
[4]
M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, (Jakarta: Lentera
Hati, 2002), hlm. 365.
[5] http://roeslihamzah.blogspot.com/2012/07/metode-pengajaran-dalam-al-quran.html.
[6]
Kementerian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid 5, (Jakarta:
Lentera Abadi, 2010), hlm. 144-145.
No comments:
Post a Comment