Saturday 12 May 2018

Biografi dan Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh


DAFTAR ISI

                                                                                               
KATA PENGANTAR.................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
A.  LatarBelakang...................................................................... 1
B.   RumusanMasalah.................................................................. 1
C.   Tujuan.................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A.  Biografi Muhammad Abduh.................................................. 2
B.   Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh......... 3 

BAB III PENUTUP
A.  Simpulan............................................................................. 6
B.   Saran................................................................................... 6

DAFTAR PUSTAKA.................................................................... 7



BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Pemikiran pendidikan Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu secara bersungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam. Banyak tokoh pemikiran pendidikan Islam, salah satunya adalah Muhammad Abduh. Ia adalah tokoh pembaharu yang tidak asing lagi, dunia Islam dan Barat mengakuinya, bahkan pandangannya sering dijadikan rujukan dalam pembahasan ke-Islaman. Ia dilahirkan dalam situasi, dimana dunia Barat gencar-gencarnya melakukan kegiatan ekspansi ke daerah-daerah Islam, termasuk Mesir. Pada masa Muhammad ‘Abduh itu, ada dua golongan ekstrim: mempertahankan tradisi Arab-Islam; dan mengadakan pembaharuan yang murni merujuk pada Barat, sehingga nyaris melupakan nilai-nilai Timur dan Islam. Muhammad ‘Abduh termotivasi untuk ikut memberikan respons dan mengadakan perbaikan di berbagai bidang, terutama pendidikan. Berdasarkan latar belakang diatas penyusun tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Konsep Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh”

B.   Rumusan Masalah
1.    Bagaimana sosok kepribadian Muhammad Abduh?
2.    Bagaimana konsep pemikiran pendidikan Islam yang digagas oleh Muhammad Abduh?

C.  Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini selain untuk memenuhi tugas testruktur juga ingin menjelaskan tentang “konsep pemikiran pendidikan Muhammad Abduh”.

BAB II
PEMBAHASAN

A.  Biografi Muhammad Abduh
Muhammad Abduh adalah seorang pemikir, teolog, dan pembaru dalam Islam di Mesir yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Kapan Muhammad Abduh lahir tidak diketahui secara pasti, karena ibu bapaknya adalah orang desa biasa yang tidak mementingkan tanggal dan tempat lahir anak-anaknya. Tahun 1849 M/1265 H adalah tahun yang umum dipakai sebagai tanggal lahirnya. Ia lahir di suatu desa di Mesir Hilir, diperkirakan di Mahallat Nasr. Bapak Muhammad Abduh bernama Abduh Hasan Khairullah, berasal dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya berasal dari bangsa Arab yang silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar ibn al-Khattab.[1]
Muhammad Abduh di suruh belajar menulis dan membaca setelah mahir, ia diserahkan kepada satu guru untuk dilatih menghafal Al-Qur'an. Hanya dalam masa dua tahun, ia dapat menghafal Al-Qur'an secara keseluruhan. Kemudian, ia dikirim ke Tanta untuk belajar agama di Masjid Syekh Ahmad di tahun 1862, setelah dua tahun belajar, ia merasa tidak mengerti apa-apa karena di sana menggunakan metode menghafal. Ia akhirnya lari meninggalkan pelajaran dan pulang ke kampungnya dan berniat bekerja sebagai petani. Tahun 1865 (usia 16 tahun) iapun menikah. Baru empat puluh hari menikah, ia dipaksa untuk kembali belajar ke Tanta. Iapun pergi, tapi bukan ke Tanta. Dia bersembunyi di rumah salah seorang pamannya, Syekh Darwisy Khadr. Syekh Darwisy tahu keengganan Abduh untuk belajar, maka ia selalu membujuk pemuda itu supaya membaca buku bersama-sama. Setelah itu, Abduhpun berubah sikapnya sehingga kemudian ia pergi ke Tanta untuk meneruskan pelajarannya.[2] Selepas dari Tanta, ia melanjutkan studi di al-Azhar dari tahun 1869-1877 dan ia mendapat predikat “alim”.[3]
Muhammad Abduh Wafat pada tanggal 11 Juli 1905 ia menderita kanker hati, di usia yang belum begitu tua yaitu sekitar 56 tahun. Abduh meninggalkan banyak karya tulis, sebagian besar berupa artikel-artikel di surat kabar dan majallah. Yang berupa buku antara lain Durus min Al-Qur'an (Berbagai pelajaran dari Al-Qur'an), Risalah al-Tauhid (Risalah Tauhid), Hasyiyah ‘Ala Syarh al-Dawani li al‘Aqaid al-‘Adudiyah (Komentar terhadap Penjelasan al-Dawani terhadap Akidah-akidah yang Meleset), al-Islam wa al-Nasraniyah (Islam dan Nasrani bersama Ilmu-ilmu Peradaban), Tafsir Al-Qur'an al-Karim juz ‘Amma (Tafsir Al-Qur'an juz Amma), dan Tafsir al-Manar yang diselesaikan oleh muridnya Syekh Muhammad Rasyid Ridha.[4]

B.   Konsep Pemikiran Muhammad Abduh di Bidang Pendidikan Islam
Salah satu proyek terbesar Muhammad ‘Abduh dalam gerakannya sebagai seorang tokoh pembaharu sepanjang hayatnya adalah pembaharuan dalam bidang pendidikan. Muhammad ‘Abduh melihat adanya segi-segi negatif bentuk pemikiran yang muncul dan ia mengkritik kedua corak lembaga pendidikan yang berkembang di Mesir saat itu. ‘Abduh memandang bahwa jika pola fikir yang pertama yaitu tipe sekolah tradisional tetap di pertahankan maka akan mengakibatkan umat Islam tertinggal jauh dan semakin terdesak oleh arus kehidupan modern. Sementara pola fikir yang kedua, yaitu tipe sekolah modern, Muhammad ‘Abduh melihat bahwa pemikiran modern yang mereka serap dari barat tanpa nilai “religius” merupakan bahaya yang mengancam sendi agama dan moral. Maka muncul Ide untuk menyelaraskan atau memperkecil dualisme pendidikan ini. Ia berupaya untuk menjadikan dua pola pendidikan tersebut dapat saling menopang demi untuk mencapai suatu kemajuan serta upaya untuk mempersempit jurang pemisah antara dua lembaga pendidikan yang kelak akan melahirkan para generasi penerus.
Dalam upayanya membenahi sitem pendidikan terutama di Mesir, Muhammad ‘Abduh mengadopsi pemikiran teman sekaligus mentornya Jamaluddin Al-Afghani. Ia cenderung menggunakan metode-metode yang didasarkan pada filsafat rasionalis. Pendidikan agama yang berkaitan dengan tauhid dijelaskan dengan menggunakan pendekatan nalar, seperti yang diperolehnya dari Al-Afghani. Hal ini berbeda jauh dengan metode yang sudah mapan dilakukan di Mesir yaitu metode hafalan.
Muhammad ‘Abduh juga tidak segan-segan memasukkan materi pendidikan Barat dalam kurikulum dipadukan dengan pendidikan Islam. Sebagai contoh; ia memasukkan pelajaran Sejarah Kemajuan Eropa dan Prancis karangan Guizot. Pembaharuan yang dilakukan Muhammad ‘Abduh dalam kurikulum Al-Azhar diniatkan sebagai contoh bagi perguruan Islam lain di dunia sebab Al-Azhar adalah lambang pendidikan dunia Islam.
Selain di Universitas Al-Azhar, Muhammad Abduh juga menerapkan Pendidikan Islam di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas. Pada Sekolah Dasar Muhammad abduh berpendapat bahwa agama adalah dasar pembentuk jiwa dan pribadi seorang manusia. Maka dari itu hendaknya mata pelajaran agama diajarkan sedini mungkin pada anak sejak mereka duduk di bangku SD. Mengacu pada statement bahwa agama islam adalah dasar pembentuk jiwa dan pribadi seorang muslim, diharapkan dengan memiliki jiwa kepribadian seorang muslim, maka masyarakat Mesir akan mempunyai jiwa kebersamaan dan nasionalisme yang dapat mengantarkan masyarakat mesir memperoleh kemajuan dalam kehidupan berbangsa. Sedangkan pada Sekolah Menengah Atas, Muhammad Abduh merasa perlu menambahkan materi – materi yang berhubungan dengan agama islam. Dengan adanya materi tentang agama, diharapkan para calon pegawai dan perwira militer memiliki bekal agama dan moral yang baik.[5]

BAB III
PENUTUP

A.  Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, penyusun menyimpulkan bahwa Muhammad Abduh adalah sosok pembaharu Islam abad 19/20 yang mengusung rasionalitas dalam beragama. Konsep pemikiran Muhammad Abduh dalam dunia pendidikan yaitu menggabungkan antara tipe sekolah tradisional dan tipe sekolah modern Diana pada sekolah tradisional di tambah kurikulum pelajaran umum, pada sekolah modern di tambah kurikulum pelajaran Agama Islam. Hal ini sesuai dengan Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, terutama pada tujuan pendidikan Nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa serta membentuk peserta didik yang memiliki iman dan takwa.

B.   Saran
Untuk lembaga pendidikan Islam Agar Memaksimalkan penerapan kurikulum Ilmu Pengetahuan Umum agar tidak ketinggalan zaman. Dan untuk lembaga pendidikan Modern agar memaksimalkan penerapan kurikulum Ilmu Pendidikan Islam agar berilmu, beriman dan bertakwa sesuai tujuan pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam.  Ensiklopedi Islam, juz 3 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001). hlm. 258.

Nasution. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. (Jakarta: Bulan Bintang, 1987).

Syihab, M. Quraisy. Ensiklopedi al-Qur’an Kajian Kosa kata (Jakarta : Lentera Hati, 2007).

Ysmansyah. Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group).


[1]Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), hlm. 58.
[2]Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm. 59-60.
[3]‘Alim terambil dari kata ‘ilm yang menurut pakar-pakar bahasa berarti menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Kata ‘Alim ini disebut dalam al-Qur’an sebanyak 166 kali. Lihat M. Quraisy Syihab, Ensiklopedi al-Qur’an Kajian Kosa kata (Jakarta : Lentera Hati, 2007), hlm. 17.
[4]Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam,  Ensiklopedi Islam, juz 3 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001), hlm. 258.
[5]Ysmansyah, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), hlm. 242

No comments:

Post a Comment

Biografi dan Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh

DAFTAR ISI                                                                                                 KATA PENGANTAR .........