DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.................................................................... i
DAFTAR
ISI................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang...................................................................... 1
B. RumusanMasalah.................................................................. 1
C. Tujuan.................................................................................. 1
BAB
II PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad Abduh.................................................. 2
B. Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh......... 3
BAB
III PENUTUP
A. Simpulan............................................................................. 6
B. Saran................................................................................... 6
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................... 7
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemikiran pendidikan
Islam adalah serangkaian proses kerja akal dan kalbu secara bersungguh-sungguh
dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan Islam.
Banyak tokoh pemikiran pendidikan Islam, salah satunya adalah Muhammad Abduh. Ia adalah tokoh
pembaharu yang tidak asing lagi, dunia Islam dan Barat mengakuinya, bahkan pandangannya sering dijadikan
rujukan dalam pembahasan ke-Islaman. Ia dilahirkan dalam situasi, dimana dunia
Barat gencar-gencarnya melakukan kegiatan ekspansi ke daerah-daerah Islam,
termasuk Mesir. Pada masa Muhammad ‘Abduh itu, ada dua golongan
ekstrim: mempertahankan tradisi Arab-Islam; dan mengadakan pembaharuan yang
murni merujuk pada Barat, sehingga nyaris melupakan nilai-nilai Timur dan Islam.
Muhammad ‘Abduh termotivasi untuk ikut memberikan respons dan mengadakan
perbaikan di berbagai bidang, terutama pendidikan. Berdasarkan latar
belakang diatas penyusun tertarik untuk menyusun makalah dengan judul “Konsep
Pemikiran Pendidikan Muhammad Abduh”
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sosok kepribadian Muhammad Abduh?
2. Bagaimana konsep pemikiran pendidikan Islam yang digagas oleh
Muhammad Abduh?
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini selain
untuk memenuhi tugas testruktur juga ingin menjelaskan tentang “konsep
pemikiran pendidikan Muhammad Abduh”.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Muhammad Abduh
Muhammad Abduh adalah seorang pemikir, teolog, dan
pembaru dalam Islam di Mesir yang hidup pada akhir abad ke-19 dan awal abad
ke-20. Kapan Muhammad Abduh lahir tidak diketahui secara pasti, karena ibu
bapaknya adalah orang desa biasa yang tidak mementingkan tanggal dan tempat lahir
anak-anaknya. Tahun 1849 M/1265 H adalah tahun yang umum dipakai sebagai
tanggal lahirnya. Ia lahir di suatu desa di Mesir Hilir, diperkirakan di
Mahallat Nasr. Bapak Muhammad Abduh bernama Abduh Hasan Khairullah, berasal
dari Turki yang telah lama tinggal di Mesir. Ibunya berasal dari bangsa Arab
yang silsilahnya meningkat sampai ke suku bangsa Umar ibn al-Khattab.[1]
Muhammad Abduh di suruh belajar menulis dan membaca
setelah mahir, ia diserahkan kepada satu guru untuk dilatih menghafal
Al-Qur'an. Hanya dalam masa dua tahun, ia dapat menghafal Al-Qur'an secara
keseluruhan. Kemudian, ia dikirim ke Tanta untuk belajar agama di Masjid Syekh
Ahmad di tahun 1862, setelah dua tahun belajar, ia merasa tidak mengerti apa-apa
karena di sana menggunakan metode menghafal. Ia akhirnya lari meninggalkan pelajaran
dan pulang ke kampungnya dan berniat bekerja sebagai petani. Tahun 1865 (usia
16 tahun) iapun menikah. Baru empat puluh hari menikah, ia dipaksa untuk
kembali belajar ke Tanta. Iapun pergi, tapi bukan ke Tanta. Dia bersembunyi di
rumah salah seorang pamannya, Syekh Darwisy Khadr. Syekh Darwisy tahu
keengganan Abduh untuk belajar, maka ia selalu membujuk pemuda itu supaya
membaca buku bersama-sama. Setelah itu, Abduhpun berubah sikapnya sehingga
kemudian ia pergi ke Tanta untuk meneruskan pelajarannya.[2] Selepas
dari Tanta, ia melanjutkan studi di al-Azhar dari tahun 1869-1877 dan ia mendapat
predikat “alim”.[3]
Muhammad Abduh Wafat pada tanggal 11 Juli 1905 ia menderita
kanker hati, di usia yang belum begitu tua yaitu sekitar 56 tahun. Abduh
meninggalkan banyak karya tulis, sebagian besar berupa artikel-artikel di surat
kabar dan majallah. Yang berupa buku antara lain Durus min Al-Qur'an (Berbagai
pelajaran dari Al-Qur'an), Risalah al-Tauhid (Risalah Tauhid), Hasyiyah
‘Ala Syarh al-Dawani li al‘Aqaid al-‘Adudiyah (Komentar terhadap Penjelasan
al-Dawani terhadap Akidah-akidah yang Meleset), al-Islam wa al-Nasraniyah (Islam
dan Nasrani bersama Ilmu-ilmu Peradaban), Tafsir Al-Qur'an al-Karim juz
‘Amma (Tafsir Al-Qur'an juz Amma), dan Tafsir al-Manar yang
diselesaikan oleh muridnya Syekh Muhammad Rasyid Ridha.[4]
B. Konsep Pemikiran Muhammad Abduh di Bidang Pendidikan Islam
Salah satu proyek terbesar Muhammad ‘Abduh dalam
gerakannya sebagai seorang tokoh pembaharu sepanjang hayatnya adalah
pembaharuan dalam bidang pendidikan. Muhammad ‘Abduh melihat adanya segi-segi negatif
bentuk pemikiran yang muncul dan ia mengkritik kedua corak lembaga pendidikan yang
berkembang di Mesir saat itu. ‘Abduh memandang bahwa jika pola fikir yang
pertama yaitu tipe sekolah tradisional tetap di pertahankan maka akan
mengakibatkan umat Islam tertinggal jauh dan semakin terdesak oleh arus
kehidupan modern. Sementara pola fikir yang kedua, yaitu tipe sekolah modern,
Muhammad ‘Abduh melihat bahwa pemikiran modern yang mereka serap dari barat tanpa nilai “religius”
merupakan bahaya yang mengancam sendi agama dan moral. Maka muncul Ide untuk menyelaraskan
atau memperkecil dualisme pendidikan ini. Ia berupaya untuk menjadikan dua pola pendidikan tersebut dapat saling menopang demi
untuk mencapai suatu kemajuan serta upaya untuk mempersempit jurang pemisah
antara dua lembaga pendidikan yang kelak akan melahirkan para generasi penerus.
Dalam upayanya membenahi sitem pendidikan terutama di
Mesir, Muhammad ‘Abduh mengadopsi pemikiran teman sekaligus mentornya
Jamaluddin Al-Afghani. Ia cenderung menggunakan metode-metode yang didasarkan
pada filsafat rasionalis. Pendidikan agama yang berkaitan dengan tauhid
dijelaskan dengan menggunakan pendekatan nalar, seperti yang diperolehnya dari
Al-Afghani. Hal ini berbeda jauh dengan metode yang sudah mapan
dilakukan di Mesir yaitu metode hafalan.
Muhammad ‘Abduh juga tidak segan-segan memasukkan
materi pendidikan Barat dalam kurikulum dipadukan dengan pendidikan Islam.
Sebagai contoh; ia memasukkan pelajaran Sejarah Kemajuan Eropa dan
Prancis karangan Guizot. Pembaharuan yang dilakukan Muhammad ‘Abduh dalam
kurikulum Al-Azhar diniatkan sebagai contoh bagi perguruan Islam lain di dunia
sebab Al-Azhar adalah lambang pendidikan dunia Islam.
Selain di Universitas Al-Azhar, Muhammad Abduh juga menerapkan
Pendidikan Islam di Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Atas. Pada Sekolah Dasar
Muhammad abduh berpendapat bahwa agama adalah dasar pembentuk jiwa dan
pribadi seorang manusia. Maka dari itu hendaknya mata pelajaran agama diajarkan
sedini mungkin pada anak sejak mereka duduk di bangku SD. Mengacu pada statement
bahwa agama islam adalah dasar pembentuk jiwa dan pribadi seorang muslim,
diharapkan dengan memiliki jiwa kepribadian seorang muslim, maka masyarakat
Mesir akan mempunyai jiwa kebersamaan dan nasionalisme yang dapat mengantarkan
masyarakat mesir memperoleh kemajuan dalam kehidupan berbangsa. Sedangkan pada
Sekolah Menengah Atas, Muhammad Abduh merasa perlu menambahkan materi – materi
yang berhubungan dengan agama islam. Dengan adanya materi tentang agama,
diharapkan para calon pegawai dan perwira militer memiliki bekal agama dan
moral yang baik.[5]
BAB
III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, penyusun menyimpulkan
bahwa Muhammad Abduh adalah sosok pembaharu Islam abad 19/20 yang mengusung
rasionalitas dalam beragama. Konsep pemikiran Muhammad Abduh dalam dunia
pendidikan yaitu menggabungkan antara tipe sekolah tradisional dan tipe sekolah
modern Diana pada sekolah tradisional di tambah kurikulum pelajaran umum, pada
sekolah modern di tambah kurikulum pelajaran Agama Islam. Hal ini sesuai dengan
Sistem Pendidikan Nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003, terutama pada tujuan pendidikan Nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan
bangsa serta membentuk peserta didik yang memiliki iman dan takwa.
B. Saran
Untuk lembaga pendidikan Islam Agar Memaksimalkan
penerapan kurikulum Ilmu Pengetahuan Umum agar tidak ketinggalan zaman. Dan
untuk lembaga pendidikan Modern agar memaksimalkan penerapan kurikulum Ilmu
Pendidikan Islam agar berilmu, beriman dan bertakwa sesuai tujuan pendidikan
nasional.
DAFTAR
PUSTAKA
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam.
Ensiklopedi Islam, juz 3 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
2001). hlm. 258.
Nasution. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan.
(Jakarta: Bulan Bintang, 1987).
Syihab, M. Quraisy. Ensiklopedi al-Qur’an Kajian Kosa kata (Jakarta
: Lentera Hati, 2007).
Ysmansyah. Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group).
[1]Nasution,
Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1987), hlm. 58.
[2]Nasution,
Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, hlm. 59-60.
[3]‘Alim
terambil dari kata ‘ilm yang menurut pakar-pakar bahasa berarti
menjangkau sesuatu sesuai dengan keadaannya yang sebenarnya. Kata ‘Alim ini
disebut dalam al-Qur’an sebanyak 166 kali. Lihat M. Quraisy Syihab, Ensiklopedi
al-Qur’an Kajian Kosa kata (Jakarta : Lentera Hati, 2007), hlm. 17.
[4]Dewan
Redaksi Ensiklopedi Islam,
Ensiklopedi Islam, juz 3 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2001),
hlm. 258.
[5]Ysmansyah, Sejarah Pendidikan Islam (Jakarta: Kencana Prenada Media Group), hlm.
242
No comments:
Post a Comment