KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Allah swt, karena atas limpahan
rahmat serta hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
sangat sederhana ini. Shalawat serta salam selalu penyusun haturkan kepada Nabi
junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya dan pengikutnya hingga
akhir zaman. Makalah ini disusun agar dapat kita manfaatkan bersama untuk
kehidupan kita sehar-hari. Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada
Bapak Suhari, S.Pd.I, M.S.I. sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Perkembangan
Pemikiran Modern Dalam Islam.
Penyusun mengakui bahwa makalah ini masih banyak yang
perlu untuk diperbaiki. Untuk itu penyusun memerlukan saran dan kritikan dari
semua pembaca untuk menyempurnakannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
bersama.
Sambas,
Mei 2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................... 1
A. Latar
Belakang.............................................................. 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................... 1
C.
Tujuan.......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN........................................................ 2
A. Sejarah
Aligarh............................................................. 2
B.
Reformasi Pendidikan Muslim Oleh Gerakan Aligarh...... 4
C.
Tokoh-Tokoh Penerus Gerakan Aligarh........................... 12
BAB III PENUTUP............................................................... 16
A. Simpulan...................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 17
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu masalah yang telah lama dihadapi oleh orang-orang Islam di
India di akhir abad 19 adalah ketidakmampuan pendidikan Islam untuk memenuhi
tuntutan perkembangan dunia. Serta ajaran Islam sudah bercampur baur dengan
paham dan praktek keagamaan dari Persia, Hindu atau Animisme dan lain-lain,
pintu ijtihad tertutup, kemajuan kebudayaan dan peradaban Barat telah dapat
dirasakan oleh orang-orang India, baik orang Hindu maupun kaum Muslimin.
Kondisi-kondisi pendidikan Muslim tersebut diatas mendorong semangat
Sayyid Ahmad Khan di India untuk berjuang membangun lembaga pendidikan bagi
generasi mendatang. Reformasi pendidikan
muslim yang dilakukan oleh Gerakan Aligarh (Aligarh movement) merupakan upaya untuk
mengatasi kondisi pendidikan muslim yang dianggap tidak berkembang. Oleh karena
itu makalah ini di susun.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka pemakalah dapat merumuskan beberapa
masalah yaitu sebagai berikut:
1.
Biografi Sayyid Ahmad Khan?
2.
Bagaimana gerakan reformasi pendidikan oleh
aligarh?
C. Tujuan
Tujuan pemakalah menyusun makalah ini selain untuk memenuhi tugas
terstruktur juga ingin menambah wawasan kepada pembaca tentang reformasi
pendidikan oleh gerakan aligarh.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Biografi Sayyid Ahmad Khan
Sebelum membahas lebih lanjut tentang reformasi pendidikan oleh kelompok
aligarh, ada baiknya kita mengenal terlebih dahulu siapa pendiri The Aligarh
college tersebut. Pendirinya adalah Ahmad Khan yang juga dikenal sebagai tokoh
pembaharu di India.
1.
Biografi Sayyid Ahmaad Khan
Ahmad Khan lahir tanggal 6 Dzulhijjah 1232 Hijriyah atau 17 Oktober 1817
Masehi di kota Delhi. Nenek moyangnya berasal dari Semenanjung Arab yang kemudian
hijrah ke Herat, Persia (Iran), karena tekanan politik pada zaman dinasti Bani
Umayyah (41 H/661M-133 H/750 M). Dari Herat mereka hijrah ke Hindustan (India)
dan menetap di sana. Kakek Sayyid Ahmad Khan adalah Sayyid Hadi yang menjadi
pembesar istana pada zaman Alamghir II (1754- 1759). Sedangkan Ayahnya bernama
al-Muttaqi, seorang ulama shalih yang mempunyai pengaruh besar di Kerajaan
Mughal pada masa pemerintahan Akbar Syah II (1806 1837). Ahmad Khan memiliki
pertalian darah dengan Nabi Muhammad saw. melalui cucu beliau dari keturunan
Fatimah al-Zahra dan Ali bin Abi Talib. Karena itulah dia bergelar Sayyid.
Sedangkan ibunya adalah seorang wanita cerdas dan pandai mendidik anak-anaknya.[1]
Dia memiliki ilmu yang sangat luas sehingga, berpikiran maju, dan dapat
menerima ilmu pengetahuan moderen.[2]
Cita-cita Ahmad Khan untuk mendirikan perguruan tinggi terwujud dengan
diletakkannya batu pertama pembangunan gedung perguruan tinggi tersebut oleh
Gubernur Jendral Lord Lotion (raja muda waktu itu) pada tanggal 8 Januari 1877
di kota Aligarth. Perguruan tinggi tersebut diberi nama Muhammadan Anglo
Oriental College, yang lebih dikenal dengan Aligarth College.
Ahmad Khan mengakhiri perjuangannya dengan berpulang ke rahmatullah pada
tanggal 27 Maret 1898 setelah menderita sakit beberapa lama dalam usia 81
tahun, dan dimakamkan di Aligarh.
2.
Pemikiran dan Karya Sayyid Ahmad Khan
a.
Pemikiran Sayyid Ahmad Khan
1)
Sayyid Ahmad Khan berpendapat bahwa peningkatan
kedudukan ummat Islam India, dapat diwujudkan dengan bekerjasama dengan
Inggris.
2)
Sayyid Ahmad Khan menolak faham Taklid bahkan
tidak segan-segan menyerang faham ini. Sumber ajaran Islam menurut pendapatnya
hanyalah Al Qur’an dan Al Hadist.
3)
Yang menjadi dasar bagi sistem perkawinan dalam
Islam, menurut pendapatnya, adalah sistem monogamy, dan bukan sistem poligami
sebagaimana telah dijelaskan oleh ulama’-ulama’ dizaman itu.
4)
Dalam ide politik, Sayyid Ahmad Khan,
berpendapat bahwa ummat Islam merupakan satu ummat yang tidak dapat membentuk
suatu Negara dengan ummat Hindu. Ummat Islam harus mempunyai Negara tersendiri.
[3]
b.
Karya Sayyid Ahmad Khan
Adapun di antara hasil karya Sayyid Ahmad Khan adalah Atsar al-Sanadid
(1874) yang merupakan hasil penelitiannya tentang arkeologi di Delhi dan
sekitarnya, Essay on life of Muhammad (1870), Tafsir al-Qur’an sebanyak 6
jilid, Ibthal al- Ghulami (1890) dan Tabyin al-Kalam (1860). Selain itu juga
menulis dua buku Tarikh Sarkhasi Bignaur (1858) dan Asbab Baghawat Hind (1858).
Dari hasil karyanya ini terihat pula bahwa Sayyid Ahmad Khan termasuk penulis
yang produktif
B. Reformasi Pendidikan Muslim Oleh Gerakan
Aligarh
Gerakan Aligarh muncul setelah
wafatnya Ahmad Khan. Keberadaan Gerakan Aligarh tidak dapat lepas dari
ketokohan Sayyid Ahmad Khan dan Perguruan Tinggi yang didirikannya, yaitu
M.A.O.C.[4]
Melalui (M.A.O.C) ini, ide-ide pembaruan yang dicetuskan Sir Sayyid Ahmad Khan
dianut dan disebarkan selanjutnya oleh murid serta pengikutnya yang kemudian
muncullah apa yang dikenal dengan Gerakan Aligarh.[5]
Reformasi pendidikan muslim yang
dilakukan oleh Gerakan Aligarh (Aligarh movement) merupakan upaya untuk
mengatasi kondisi pendidikan muslim yang dianggap tidak berkembang. Gerakan ini
bertujuan, sebagaimana dikatakan oleh Sayyid Ahmad Khan, untuk memberikan
sistem pendidikan dan pengajaran bagi para muslim yang sesuai dengan kebutuhan
jamannya. Bila rakyat tidak dididik sesuai dengan tuntutan jaman, mereka akan
menjadi miskin, bodoh dan tidak berkemampuan apa-apa, dan akhirnya akan
tersingkir dalam derasnya arus kemajuan.[6]
Gerakan ini berusaha untuk mereformasi pendidikan Islam dengan cara
memperkenalkan nilai-nilai baru dan suatu sistem yang sesuai dengan tuntutan
masa depan tanpa mengabaikan prinsip-prinsip ajaran Islam. Reformasi tersebut
meliputi dua aspek penting, yaitu aspek ideal dan aspek teknis.
Adapun cirri-ciri pokok gerakan Aligarh sebagaimana yang disempaikan oleh
Mustafa Khan dalam An Apology for the New Light 1891 yaitu:
1.
Gerakan ini ingin mengadopsi berbagai macam
peradaban Eropa.
2.
Gerakan ini menginginkan adanya perbaikan kondisi
sosial, terutama social minoritas Muslim India.
3.
Gerakan ini menginginkan adanya perubahan
pemahaman keagamaan dari yang bercorak tradisional menuju corak moderen.[7]
Tujuan Aligarh College yang
disampaikan oleh para pendiri Aligarh College dalam kebijakan-kebijakannya
yaitu:
1.
Memberi pendidikan yang bebas (liberal) kepada
orang-orang Islam;
2.
Menghilangkan tradisi masa lampau yang
menyesatkan dan menghambat kemajuan orang Islam;
3.
Menghilangkan beberapa prasangka yang sampai
sekarang ini berjalan dan berpengaruh buruk terhadap bangsa Muslim;
4.
Mendamaikan pengajaran Timur dengan literatur
dan ilmu pengetahuan Barat;
5.
Memberi inspirasi ke dalam pemikiran-pemikiran
orang Timur mengenai energi (kekuatan) yang dimiliki oleh orang-orang Barat;
6.
Membuat orang-orang Islam India agar menjadi
berharga dan berguna bagi Penguasa (raja) Inggris;
7.
Memberi inspirasi kepada mereka bahwa kesetiaan
yang muncul tidak berasal dari penyerahan dengan sikap merendahkan diri kepada
aturan-aturan negara lain, tetapi berasal dari penghargaan murni berkat
pemerintah yang baik.[8]
Tujuan-tujuan tersebut didasarkan
atas Islam yang mengajarkan bukan saja ajaran agama (dalam arti sempit,
misalnya shalat, puasa, zakat atau haji saja) pada pemeluknya, tetapi juga
semua aspek yang berkaitan dengan kehidupan di dunia ini. Dari sudut pandang
ini, ilmu (science) seharusnya tidak dipahami sebagai pembagian yang kaku
antara ilmu agama dengan ilmu umum (sekuler), seperti yang lakukan orang-orang
pada umumnya, tetapi lebih dari itu. Sayyid Hossein Nasr mengatakan bahwa untuk
memahami ilmu keislaman dalam esensinya, memerlukan pemahaman terhadap beberapa
ajaran Islam itu sendiri.[9]
Prinsip-prinsip ini berdasarkan atas universalitas ajaran Islam, yang
menekankan keseimbangan antara kehidupan dunia dan akhirat.
Untuk tujuan ini, disamping
memformulasikan cita-cita tujuan pendidikannya, gerakan Aligarh juga mengadakan
reformasi pen-didikan yang bersifat teknis dengan cara memperkenalkan beberapa
perubahan dalam metode-metode belajar, organisasi pendidikan, dan rasionalisasi
mata pelajaran dan kurikulum.[10]
Banyak diantara reformasi teknis
pendidikan yang diambil dari sistem pendidikan modern. Sayyid Ahmad Khan
mengatakan bahwa Perguruan Tinggi Aligarh (Aligarh College) ini mengikuti model
universitas Oxford dan Cambrige dan semua mahasiswanya harus tinggal di asrama.
Shalat diwajikan baik bagi mahasiswa Syi'ah maupun Sunni. Kehadiran mahasiswa
pada waktu shalat sangat penting dan kehadirannya secara teratur harus terus
dipelihara.[11]
Kepala sekolahnya adalah Provost
(Pembantu Rektor) dan bertugas mengawasi beberapa asrama melalui Proctors
(Pengawas mahasiswa) dan Sub-proctors (pembantu pengawas mahasiswa).
Disiplinnya sangat ketat tetapi bersifat paternal. Karena itu, jarang terjadi
pelanggaran disiplin dan hukumannya sebagian besar bersifat psikologis dan
korektif. Setiap asrama didorong agar merencanakan dan menentukan programnya
sendiri berupa permainan-permainan, perkemahan, kunjungan sosial dan piknik.
permainan berupa drama dipentaskan di atas panggung sekali setiap tahunnya dan
pada umumnya melukiskan problem-problem politik dan sosial yang terjadi dalam
masyarakat. Pelajaran agama menjadi bagian yang integral dengan program-program
itu. Terlepas dari kelas-kelas reguler, juga terdapat seminar-seminar dan ceramah-ceramah.
Setiap asrama memilliki masjid dan kehadiran saat shalat merupakan kewajiban.[12]
Salah satu diantara
gambaran-gambaran yang menonjol dari Aligarh College yang membuat berbeda
dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain di India adalah bahwa sebagian besar
mahasiswanya harus tinggal di daerah sekitar kampus (college) tersebut yang
jauh dari lingkungan keluarga. Dengan cara ini diharapkan pembentukan watak dan
semangat keagamaan para mahasiswanya akan lebih efektif dan berhasil.
Metode pengajaran yang digunakan
oleh Aligarh adalah sistem klasikal (kelas), pelajaran-pelajaran diberikan
dalam kelas. Guru memberikan pelajaran kepada sekelompok siswa yang usia dan
pengetahuannya hampir sama (merata). Guru juga harus memantau kemajuan para
siswanya dengan cara memberikan ujian formal secara teratur kepada mereka, dan
juga nilai-nilai individual. Dengan demikian, para siswa bisa naik dari satu
tingkat ke tingkat yang lebih tinggi sampai mereka menyelesaikan pendidikannva,
dan setelah itu, mereka mendapatkan ijazah (sertifikat). Sekolah itu bahkan
memberikan beasiswa bagi para siswa yang memiliki prestasi baik selama sekolah
atau ketika ujian mereka telah selesai.[13]
Lembaga pendidikan Aligarh
diorganisasikan sebagai lembaga independent bukan sebagai bagian dari rumah
tangga kepala sekolah dan bukan pula sebagai salah satu fungsi dari masjid di
tempat itu. Sayyid Ahmad Khan, selain memulai penerbitan Tahzib al-Akhlag juga
membentuk the Committee Khwastagar Taragi e-Musalaman-e-Hindustan (Komite bagi
Difusi dan Kemajuan Belajar yang Lebih Baik di Antara Muslim India), di Benares
jauh sebelurn Aligarh didirikan. Komite itu sendiri dimaksudkan untuk
menyelediki sebab-sebab yang menghambat hingga masyarakat Muslim tidak
memanfaatkan sistem pendidikan yang didirikan oleh pemerintah, dan memberikan
jalan (alat) agar pendidikan modern bisa disebarluaskan di tengah-tengah
mereka.[14]
Komite tersebut, setelah mempelajari sebab-sebabnya, memutuskan bahwa yang
harus dilakukan adalah mempertimbangkan alat yang sesuai untuk mengatasi
kesulitan mereka pada saat itu, juga memikirkan cara-cara yang mungkin
benar-benar berguna bagi para Muslim di masa depan. Oleh karena itu, diputuskan
untuk mendirikan lembaga pendidikan bagi generasi mendatang. Disetujui pula
bahwa buku-buku tentang Islam sudah tua dan karakter (kwalitas) nya sudah tak
sesuai dengan usia para siswa, karena semuanya telah gagal dalam memberikan
kebebasan berfikir dan mengandung banyak kesalahan, karena itu perlu diganti
dengan yang baru. Semangat buku itu sudah tidak sesuai lagi dengan jaman baru
dan Komite merasa yakin bahwa melalui buku-buku itu masyarakat Muslim tidak
akan pernah bisa mendapatkan pengetahuan dari pelajaran-pelajaran baru, dan
tanpa pengetahuan, mereka akan tetap terbelakang. Dengan adanya ide-ide ini mereka
membentuk Komite yang lain yang disebut sebagai Majlis e-Khazan ul-Bazaat
ul-Tasees Madrassat ul-Uloom ul-Muslimeen (Komite Dana Perguruan Tinggi Inggris
Timur untuk Muslimin). Komite tersebut harus mengumpulkan dana untuk pendirian
Perguruan Tinggi Muslim.
Dengan demikian, jelas bahwa
organisasi Aligarh College telah diresmikan sebelum pendiriannya yang
sebenarnya. Dari komite inilah kebijakan pendidikan ditentukan. Aligarh percaya
bahwa pendidikan muslim bisa maju hanya kalau kaum muslimin sendiri mengelola
lembaga pendidikannya secara efisien.
Ide reformasi pendidikan muslim
juga meliputi rasionalisasi kurikulum. Perihal kurikulum Aligarh, Sayyid Ahmad
Khan mengatakan bahwa kurikulum itu hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai
berbagai macam tujuan yang luas. Intinya adalah menarik sebanyak mungkin orang
yang memiliki jenis pendidikan apapun yang disukainya dan bisa melanjutkannya.
Lebih jauh dia mengusulkan bahwa
kurikulum Aligarh, sebagaimana dia sampaikan pada tahun 1872, terdiri dari
pendidikan umum dari usia 13 sampai 18 tahun, diikuti o1eh ilmu-ilmu khusus,
yang menurut dugaan beranalogi dengan tripos di Oxford dan Cambridge. Pada
tingkat persiapan harus ada empat bidang studi: agama, sastra, matematika, dan
ilmu pengetahuan alam. Ilmu pengetahuan alam akan berhubungan dengan fisika
dasar, matematika dengan aljabar dan geometri. Sastra meliputl hal yang
termasuk bahasa, komposisi, sejarah, geografi, logika, politik, dan berbagal
topik yang termasuk dalam filsafat. Pelajaran agama meliputi kehidupan Nabi
Muhammad Saw (Hadits), Tafsir al-Qur'an, hukum (syari'ah), dan prinsip-prinsip
umum.[15]
Pelajaran-pelajaran ini bisa dilanjutkan baik dalam bahasa Inggris maupun Urdu.
Mahasiswa yang berharap bisa mendapatkan jabatan-jabatan pemerintahan yang
tinggi akan belajar bahasa Inggris.
Pada saat yang sama jurusan
bahasa Inggris bisa mendidik (melatih) orang agar bisa menyampaikan pelajaran
modern kepada masyarakat India secara lebih luas. Selain bahasa Inggris, para
mahasiswa ini harus pula mempelajari bahasa Latin dan Arab, Persia, atau Urdu.
Perguruan tinggi (Aligarh) tersebut harus menjadi lembaga yang sedemikian rupa
sehingga akan sesuai bukan saja dengan kebutuhan masyarakat muslim masa kini
tetapi juga di masa depan. Komite bagi kemajuan belajar yang lebih baik (The
Committee for Better Advancement of Learning) diharapkan untuk memperkenalkan
sistem pendidikan bagi generasi mendatang.
Berdasarkan uraian mengenai
kurikulum di atas, pada tahun 1875, the Muhammadan Anglo-Oriental College
dimulai sebagai sebuah sekolah. Tahun 1875, dengan alasan yang sama,
kuliah-kuliah perguruan tinggi dimulai, sehingga mahasiswa yang telah lulus
ujian masuk dari College itu bisa melanjutkan studinya. Pada tahun 1881, untuk
alasan yang sama, dibuka jenjang Sarjana Muda (BA). Pada tahun yang sama sebuah
kelas khusus, yang dikenal dengan nama the Civil Service Prepasatory Class
(Kelas Persiapan Pelayanan Masyarakat), juga dibuka dengan tujuan untuk
membantu pemuda muslim agar mampu mempersiapkan dirinya sendiri khususnya dalam
menghadapi Competitive Indian Civil Service Examination (Ujian Saringan
Pelayanan Masyarakat India). Pada tahun 1887, satu jurusan dibuka yang
bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa memasuki perguruan tinggi teknik di
Rookee. Dalam tahun itu juga dibuka program MA dan L L. B.[16]
Meskipun Aligarh College
didirikan terutama untuk para Muslim, perguruan tinggi ini juga menerima
mahasiswa yang beragama Hindu. Pada tahun pertama keseluruhan mahasiswanya
adalah Muslim, namun setelah itu, selalu ada mahasiswa beragama Hindu yang
jumlahnya cukup banyak. Keterbukaan untuk menerima mahasiswa non-Muslim untuk
belajar di Aligarh merupakan salah satu policy (kebijakan) yang bertujuan untuk
menciptakan prinsip-prinsip ikatan ukhuwah (persaudaraan) antara orang-orang
Islam dan Hindu. Dalam hal ini Sayyid Ahmad Khan menjelaskan bahwa sekolah itu
bersifat non-sektarian baik dari segi mahasiswanya maupun anggota beberapa
bagian administrasi kecuali bahwa sensitivitas Hindu mengenai kasta tetap
dihargai, dan pendidikan agama diberikan secara terpisah antara mahasiswa Hindu
dan Muslim.
Selain pertimbangan semacam ini,
penekanan terhadap pentingnya bahasa Inggris di Aligarh College barangkali
menjadi alasan lain mengapa mahasiswa non-Muslim belajar diperguruan tinggi
ini. Ada beberapa alasan pragmatis mengenai penggunaan bahasa Inggris yang
ditawarkan oleh Sayyid Ahmad Khan. Dia mengingatkan bahwa orang-orang India
tidak bisa berharap untuk memperoleh pekerjaan-pekerjaan di Pemerintahan
(sebagal pegawai negara) tanpa memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam bahasa
Inggris; partisipasi dalam perdagangan, modern dan perdagangan internasional
tidak mungkin dilakukan tanpa menggunakan bahasa Inggris, begitu pula
perkembangan politik dan hubungan internasional negara-negara lain tetap tidak
diketahui, dan akhirnya, orang-orang India tidak bisa secara efektif mengikuti
proses politik India meskipun pemerintah Inggris menawarkan bagian yang menguntungkan
kepada mereka.[17]
Dengan melihat respon-respon dari
masyarakat dan pemerintah, walaupun masih ada beberapa reaksi dari beberapa
kelompok masyarakat, sekolah-sekolah
Aligarh bisa diterima dengan
baik. Reaksi-reaksi tersebut secara bertahap berkurang dan berubah menjadi
respon yang positf karena masyarakat menyadari perlunya jenis pendidikan semacam
ini. Aligarh telah memenuhi kebutuhan mereka dengan menawarkan model pendidikan
yang sesuai dengan tuntutan perkembangan modern.
C. Tokoh-tokoh penerus gerakan Aligarh
Ahmad Khan mengabdikan diri bagi
pembaharuan melalui MAOC selama lebih kurang dua decade. Selanjutnya ide-idenya
dikembangkan dan disebarkan oleh murid dan pendukungnya. Dengan demikian
gerakan Aligarh ini tetap berkembang walaupun beliau telah tiada. Gerakan
Aligarh dipimpin secara silih berganti oleh para tokoh yang memperjuangkan
nasib umat Islam India. Di antaranya adalah:
1.
Sayyid Mahdi Ali (Nawab Muhsin al-Mulk)
(1837-1907).
Setelah Sayyid Ahmad Khan wafat,
maka kepemimpinan Aligarh pindah ke tangan Sayyid Mahdi Ali, yang dikenal
dengan nama Nawab Muhsin al-Mulk (1837-1907). Pada mulanya dia adalah pegawai
Serikat India Tifluk, kemudian menjadi pembesar di Hyderabad. Dia pernah
berkunjung ke Inggris untuk keperluan Pemerintah Hyderabad. Di tahun 1863 dia
berkenalan dengan Sayyid Ahmad Khan dan kemudian antara keduanya terjalin tali
persahabatan yang erat. Dia banyak rnenulis artikel di Tahzib Al Akhlaq dan
juga di majalah yang diterbitkan M.A.O.C. Dia pindah ke Aligarh dan menetap di
sana mulai pada tahun 1893. Pada tahun 1897 dia menggantikankan kedudukan
Sayyid Ahmad Khan di M.A.O.C. Dia mempunyai jasa yang besar dalam menyebarkan
ide ide Sayyid Ahmad Khan yang dilakukannya melalui Muhammedan Educational
Conference.
Jasanya dalam memajukan M.A.O.C
terlihat dengan bertambah banyaknya jumlah mahasiswa lembaga pendidikan
tersebut, keuangan perguruan tinggi meningkat, administrasi juga tertata rapi
dan pengembangan pembangunan sarana dan prasarana fisik juga tidak luput dari
perhatiannya. Dalam soal keagamaan Nawab Muhsin al-Mulk dengan idenya menentang
taklid pada ulama’ klasik dan mengadakan ijtihad baru. Tetapi dalam menghadapi
ulama’ klasik dia lebih lembut dari pada Sayyid Ahmad Khan.
Muhsin al-Mulk berhasil membuat
golongan ulama India merubah sikap keras terhadap Gerakan Aligarh. Sebagaimana
diketahui bahwa Deoband yang banyak menghasilkan ulama ulama India tradisional,
mempunyai sikap yang tidak kooperatif dengan Inggris, sedang Sayyid Ahmad Khan
terkenal dengan sikap pro Inggris. Jadi antara M.A.O.C terdapat perbedaan bukan
hanya dalam soal-soal keagamaan saja tetapi juga mengenai sikap politik. Muhsin
al-Mulk tidak hanya membawa para ulama dekat dengan Aligarh, lebih jauh dia
mampu menarik beberapa lawan politik pendiri Perguruan Tinggi tersebut. Dia adalah
orang yang paling cinta damai, namun dia dihadapkan juga kepada kontraversi
Hindu-Urdu yang telah ada sejak akhir-akhir kehidupan Sayyid Ahmad.
2.
Viqar al-Mulk (1841 1917)
Tokoh lain yang berpengaruh ialah
Viqar al-Mulk (1841 1917). semenjak muda dia telah menjadi Penolong dan
pengikut Sayyid Ahmad Khan. Pada tahun 1907 dia menggantikan Nawab Muhsin
al-Mulk dalam pimpinan M.A.O.C. Masa inilah terjadinya perubahan-perubahan
besar dalam adminsitrasi Perguruan Tinggi Aligarh, bahkan dalam kebijaksanaan
politik umat Muslim India. Viqar al-Mulk bernama Mushtaq Hussain yang lahir
1841, di Distrik Moradabad, United Pravinces. Dia adalah rekan Sayyid Ahmad
Khan dan juga Muhsin al-Mulk. Bersama dengan Muhsin al-Mulk dia selalu bekerja
sama dalam masalah administrasi Aligarh. Pada masa Viqar ini terjadi
pertentangan antara Viqar al-Mulk dengan Mr. Archbold yang menjadi Direktur
M.A.O.C di waktu itu. Dalam pertentangan ini Gubernur Daerah menyebelah
Archbold sedang Viqar al-Mulk disokong oleh Agha Khan serta Amir Ali dan
selanjutnya oleh masyarakat Islam di luar. Archbold akhirnya terpaksa
mengundurkan diri. Kekuasaan Inggris di M.A.O.C dari semenjak itu mulai
berkurang.
Viqar al-Mulk sebagai seorang
ulama yang keras pendirian dan pegangannya terhadap agama, hidup keagamaan di
M.A.O.C diperkuatnya. Pelaksanaan ibadah, terutama shalat dan puasa diperketat
pengawasannya. Lulus dalam ujian, agama menjadi syarat untuk dapat naik
tingkat. Hal-hal tersebut di atas membuat M.A.O.C menjadi lebih populer di
kalangan ulama India.
3.
Altaf Husain Hali (1837-1914).
Tokoh India lainnya yang terkenal
sebagai penyebar ide ide pembaruan Sayyid Ahmad Khan adalah Altaf Husain Hali
(1837 1914). Dia pernah bekerja sebagai penerjemah di kantor Pemerintah
Inggeris di Lahore, tetapi kemudian pindah ke Delhi. Di sinilah dia berkenalan
dengan Sayyid Ahmad Khan dan keduanya menjadi teman baik. Hali terkenal sebagai
seorang penyair, tetapi dia juga menulis karangan karangan untuk Tahzib
al-Akhlaq. Atas permintaan Sayyid Ahmad Khan dia menulis syair tentang
peradaban Islam di Zaman Klasik. Keluarlah di tahun 1879 apa yang terkenal
dengan nama Musaddas.
Syair itu antara lain juga
mengandung ide-ide Aligarh. Musaddas sangat berpengaruh terhadap ummat Islam
India, sehingga dikatakan bahwa di samping M.A.O.C dan Muhammedan Educational
Conference, Musaddas-lah yang mempunyai jasa besar dalam mempopulerkan Gerakah
Aligarh. Terhadap pendidikan wanita dia memandang adanya kesejajaran yang sama
dengan lelaki. Oleh karenanya dia lebih progresif dari Sayyid Ahmad Khan yang
memandang bahwa kaum wanita saat itu belum perlu mendapat pendidikan sebagai
kaum lelaki.
4.
Muhammad Syibli Nu’mani
Muhammad Syibli Nu’mani (1857
1914) diangkat pada tahun 1883 sebagai Asisten Profesor Bahasa Arab di Aligarh.
Dia mempunyai pendidikan Madrasah Tradisional dan pernah pergi ke Mekah dan
Madinah memperdalam pengetahuannya tentang agama Islam. Ketika di M.A.O.C., dia
berjumpa dengan ide ide baru yang dikemukakan oleh Gerakan Aligarh dan tertarik
padanya. Latar belakang pendidikan madrasahnya, membuat dia tidak mempunyai
sikap se-liberal Sayyid Ahmad Khan. Tetapi dia tidak menentang pemakaian akal
dalam soal-soal agama; mempelajari falsafat barat bukanlah haram. Ulama-ulama
zaman klasik juga mempelajari dan banyak yang menguasai filsafat. Pemikiran
modern dalam bentuk moderat dapat diterimanya.
Syibli Nu’mani tidak lama dalam
pengabdiannya di Aligarh dan pada akhirnya dia meninggalkannya, kemudian pergi
ke Lucknow untuk memimpin perguruan tinggi Nadwat al-Ulama (yang didirikannya
pada tahun 1894). Pemikiran modern moderat yang dianutnya membawa perubahan
pada perguruan tinggi ini.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Dari pembahasan diatas maka jelaslah tokoh pembaharuan pertama di India
sekaligus sebagai pendiri The Aligarh
College adalah Sayyid Ahmad Khan. Beliau telah banyak berkontribusi di
kampus tersebut dan pemikiran beliau masih di gunakan dan disebarkan oleh
penerusnya.
Kelompok aligarh baru muncul
setelah wafatnya Sayyid Ahmad Khan. Reformasi pendidikan muslim yang dilakukan
oleh Gerakan Aligarh (Aligarh movement) merupakan upaya untuk mengatasi kondisi
pendidikan muslim yang dianggap tidak berkembang.
DAFTAR PUSTAKA
A History of the Movement, Vol. 111, 1906-1936, part 11 Karachi: Pakistan Historical Society, 1963
Abu Ali An-Nadawi, Pertentangan Alam Pikiran Islam dengan Alam Pikiran
Barat, Terj. Mahyudin Syaf, ( Bandung : Al-Ma`arif, 1995 ).
Jain, M.S., The Aligarh Movement : His Origin and Development
1856 - 1906, Agra: Sri Ram Mehra & Co., 1965
Jainuri, Ahmad, "The Reformation of Muslim Education: A Study of the
Aligarh and the Muhammadiyah Educational System", a Term Paper, (tak
dipublikasikan), Montreal, Canada, 1991
M, Ira, Lavidus , Sejarah Sosial Umat Islam (Jakarta, Bulan Bintang: 1975).
Mohsin-ul-Mulk, Nawab (ed.), Addresses and Speeches Relating to the
Muhammadan AnqloOriental College in Aligarh from its Foundation in 1875 to
1898. Aligarh, Desember 1998
Muhammad, Shan, Sir Syed Ahmad Khan A Political Biography, Meerut:
Meenakshi Prakashan, 1969
Nasr, Sayyed Hossein, Science and Civilizationin in Islam. Cambridge,
Mss; Harvard University Press, 1968
TIM UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam, (Jakrata: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 2005), Jilid I.
http://hamxaid.blogspot.com/2011/03 / aligarh.html
[1] TIM UIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi
Islam, (Jakrata: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), Jilid I, h. 109. Lihat juga http://lindairawan05.blogspot.com/2012/05/
pembaharun-islam-di-india-dengan.html
[2] Abu Ali An-Nadawi, Pertentangan
Alam Pikiran Islam dengan Alam Pikiran Barat, Terj. Mahyudin Syaf, ( Bandung :
Al-Ma`arif, 1995 ), h. 69. Lihat juga http://lindairawan05. blogspot.com/2012/05/
pembaharun-islam-di-india-dengan.html
[3] http://hdfhsffshsfgsfdg.blogspot.com/2013/04/sayyid-ahmad-khan-biografi-sayyid-ahmad.html
[4] Ira M. Lavidus , Sejarah Sosial
Umat Islam (Jakarta, Bulan Bintang: 1975), h. 264. Lihat juga http://lindairawan05.blogspot.com/2012/05/pembaharun-islam-di-india-dengan.html
[5] Ibid, h. 276
[6] M.S. Jain, The Aligarh Movement
: His Origin and Development 1856 - 1906, (Agra : Sri Ram Mehra & Co.,
1965), h. 36. Lihat juga http://hamxaid.blogspot.com/2011/03/aligarh.html
[7] TIM UIN Syarif
Hidayatullah, Ensiklopedi Islam,
(Jakrata: Ichtiar Baru Van Hoeve, 2005), Jilid I, h. 110 – 111. Lihat juga http://lindairawan05.blogspot.com/
2012/05/pembaharun-islam-di-india-dengan.html
[8] Lihat Nawab Mohsin-ul-Mulk (ed.),
Addresses and Speeches Relating to the Muhammadan Anqlo-Oriental College in
Aligarh from its Foundation in 1875 to 1898 (Aligarh, Desember 1998), h. 31-32.
Lihat juga http://hamxaid.blogspot.com/2011/03/aligarh.html
[9] Sayyed Hossein Nasr, Science and
Civilizationin in Islam. (Cambridge, Mss; Harvard University Press, 1968),
h. 22. Lihat juga http://hamxaid.blogspot.com/2011/03/aligarh.html
[10] Lihat Shan Muhammad, Sir Syed
Ahmad Khan A Political Biography, (Meerut: Meenakshi Prakashan, 1969), h.
68. Lihat juga http://hamxaid.blogspot.com/2011/03/aligarh.html
[11] Ahmad Jainuri dalam
"The Reformation of Muslim Education: A Study of the Aligarh and the
Muhammadiyah Educational System", a Term Paper, (tak dipublikasikan),
Montreal, Canada, 1991, h. 10. Lihat juga http://hamxaid.blogspot.com/
2011/03/aligarh.html
[12] A History of the
Movement, Vol. 111, 1906-1936, part 11 (Karachi: Pakistan Historical Society,
1963), h. 418-419. Lihat juga http://hamxaid.blogspot.com/2011/03 / aligarh.html
[13] Informasi lebih lengkap
mengenai the Aligarh Scholarship (beasiswa Aligarh) bisa dilihat di Shan
Muhammad (ed), The AligarhMovemeni: Basic Documents : 1864-1898 (Meerut, New
Delhi : Meenakshi Prakashan, 1978), h. 450-455.
[14] Hasil-hasil investigasi
Komite tersebut sebagaimana disebutkan dalam "Translation of the Report of
the Members of the Select Committee" Muhammad (ed), the Aligarh Movement,
h. 337-380.
[15] Shan Muhammad, “The Aligarh…”,
op. cit., h. 370-371
[17] Hafeez Malik, Sir Sayyid Ahmad
Khan and Muslim Modernism India and Pakistan, (New York: Colombia
University Press, 1980), h. 189.