Saturday 2 May 2015

MAKALAH SUM'AH, TAKABUR DAN GHADAB



AKHLAK MAZMUMAH
(SUM’AH, TAKABBUR DAN GHADAB)

RIA SARI
Mahasiswa IAI Sultan Muhammad Syafiuddin
Smester IV, Prodi PAI, Fakultas Tarbiyah
Jl. Raya Sejangkung, Kawasan Pendidikan Tinggi Sebayan, Sambas-Kalbar
Hp. 089693739702 / Surel: riasari511@gmail.com

Abstract
In our live, nevermind in home, village, school, market there was so many despicable character that we can found. Such as: takabur, sum’ah and Ghadab. Three of them is not good for us or for people arround us. But the unfortunetly sometimese we are not detivication of these behavior in our live. That why i took this title. It is for us to know and to escape these behavior.

Keyword: Akhlak Tercela, Takabur, Sum’ah, Ghadab


A.  Pendahuluan
Disamping berkembangnya akhlak mahmudah, hiduplah akhlak mazmumah yang semakin merajalela dizaman modern ini akibat banyaknya pengaruh-pengaruh dari luar serta minimnya iman yang dimiliki. Seakan kembali kepada zaman jahiliyah.
Diantara banyaknya akhlak mazmumah yang tak kalah maraknya diantara kita adalah Takabur, Sum’ah dan Ghadab. Dimana tak ada lagi pertimbangan dalam marah, keikhlasan dalam melakukan sesuatu dan inginnya ketenaran yang membuat semua penyakit hati tersebut semangkin tumbuh subur dikalangan kita.
Meskipun Takabur, Sum’ah dan Ghadab merupakan akhlak tercela tetapi masih dipelajari secara mendalam dan komples dalam Islam, hal ini bertujuan untuk memahami secara utuh agar bisa mengerti, memahami, mendeteksi dan menjauhi serta menghilangkan sifat-sifat tersebut. Atas dasar inilah pemakalah mengangkat judul “Akhlak Mazmumah khususnya Takabur, Sum’ah dan Ghadab.

B.   Pengertian Akhlak Tercela ( Mazmumah )
Akhlak Secara Etimologi, Menurut pendekatan etimologi; perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari bentuk mufradnya “Khuluqun” yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta erat hubungan “Khaliq” yang berarti Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.[1]
Sedangkan menurut pendekatan secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1.    Ibn Miskawaih
Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.[2]
2.    Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak yang buruk.[3]
3.    Prof. Dr. Ahmad Amin
Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.[4]
Jika diperhatikan dengan seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak diatas tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
Sedangkan Akhlak Tercela (Madzmumah) adalah suatu perwujudan akhlak, baik itu akhlak batin maupun akhlak lahir yang tidak sesuai dengan ketentuan Allah dan Rasul-Nya.[5] Akhlak ini erat kaitannya dengan suatu perangai atau tingkah laku pada tutur kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak menyenangkan orang lain.[6]
Akhlak batin merupakan dasar atau sendi bagi akhlak lahir. Bila akhlak batin seseorang itu mulia maka akan melahirkan akhlak mulia pula dan begitu sebaliknya bila akhlak batin seseorang itu tercela maka akan melahirkan akhlak lahir yang tercela.
Menurut Al-Ghazali ada empat dasar akhlak batin yang tercela yaitu:
1.    Keji, pintar busuk, bodoh, yaitu keadaan jiwa yang terlalu pintar atau tidak bisa menentukan yang benar diantara yang salah karena bodohnya
2.    Berani tapi semberono, penakut dan lemah, yaitu kekuatan amarah yang tidak bisa dikekang atau tidak pernah dilakukan, sekalipun sesuai dengan kehendak akal
3.    Rakus dan statis, yaitu keadaan syahwat yang tiddak terdidik oleh akal dan syariat agama, berarti ia bisa berlebihan atau sama sekali tidak berfungsi
4.    Aniaya, yaitu kekuatan syahwat dan mamarah yang tidak terbimbing oleh hikmah.
Keempat dasar akhlak tercela itu akan melahirkan berbagai perbuatan tercela yang dikendalikan oleh nafsu, beberapa diantaranya: sombong, riya’, khianat, dusta, dengki, keji, serakah, ‘ujub, pemarah, malas, ghibah, kikir dan sum’ah yang semuanya akan mendatangkan malapetaka baik bagi pribadi maupun masyarakat.[7]
Dalam makalah ini penulis mengangkat judul akhlak madzmumah khususnya membahas tentang Takabur, Sum’ah dan Ghadab.

C.  TAKABUR
Takabur merupakan salah satu dari tiga pembahasan sifat tercela yang akan pemakalah bahas dalam makalah ini,  untuk mengetahui lebih lanjut seperti apa itu takabur, maka perlu dijelaskan hal-hal penting tentang “takabur”, seperti pengertian, macam-macam takabur, ciri- ciri takabur, akibat negatif takabur, cara-cara menghilangkan sifat takabur, dan cara menghindari sifat atau prilaku takabur dengan maksud untuk lebih mengenal dan memahaminya secara kompleks dan integral tentang takabur agar bisa dihindari dan bila terlanjur sudah memiliki sifat takabur ini bisa dihilangkan dengan tips-tips dalam pembahasan ini.

1.    Pengertian Takabur
Takabur berasal dari bahasa Arab yaitu takabbara-yatakabbara yang artinya sombong atau membanggakan diri, sedangkan orangnya disebut mutakabbir (orang yang merasa dirinya besar).[8] Menurut bahasa, takabbur ialah sombong, angkuh, besar kepala, atau merasa dirinya paling besar. Sedangkan takabbur menurut istilah ialah sikap perilaku menyombongkan diri terhadap orang lain dan menganggap orang lain lebih rendah dibanding dirinya.[9]
Dari devinisi diatas maka jelaslah, takabur merupakan suatu sifat dimana ia merasa lebih dibanding orang lain, baik itu lebih dari sisi materi, lebih dari sisi fisik, lebih dari sisi ibadah, dan sebagainya, sehingga ia menganggap rendah dan remeh orang lain.

2.    Ciri-ciri Takabur
Ciri-ciri takabur yang dijelaskan oleh Rasulullah saw.:
Artinya:
Dari Abdillah bin Mas’ud dari Nabi saw. bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya tersimpan sedikit saja kesombongan”. Lalu ada seorang sahabat berkata, “sesungguhnya ada seseorang yang suka berpakaian bagus dan sandalnya juga bagus”. Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, sedangkan sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”. ( H.R. Muslim)[10]
3.    Macam-macam takabur
1)   Takabur kepada Allah swt. dan Rasulullah saw.
Takabur kepada Allah swt. dan Rasulullah saw. yakni ketika seseorang tidak mau menerima bahkan menentang kebenaran dari Allah swt. dan ajaran Rasulullah saw. Beberapa contohnya adalah: Ada diantara kita yang menyatakan bahwa salat tidak ada gunanya dan puasa itu hanya membuat kita sengsara.
2)   Takabur kepada sesama manusia
Hal ini karena seseorang merasa mempunyai kelebihan dari orang-orang disekitarnya. Kelebihan itu bisa berupa: ilmu (kecerdasan), amal, nasab (keturunan), rupa, kekuatan badan, kekayaan, kedudukan, banyak teman, sanak keluarga, keahlian dan sebagainya.[11]

4.    Akibat negatif dari takabur
Orang yang sombong atau takabur tidak akan masuk surga di akhirat nanti dan di dunia pun akan tersiksa.
Akibat-akibat buruk dari takabur adalah:
a.    Tidak menyadari bahwa segala keberhasilan yang di perolehnya adalah karunia allah
b.    Tidak mampu bersyukur karena merasa semua yang diperolehnya atas kerja kerasnya
c.    Ilmunya tidak akan berkembang karena sudah merasa hebat dengan ilmu yang dimilikinya
d.   Sulit menerima nasihat karena mersa dirinya paling hebat
e.    Mendorong berbuat zalim atau anaiaya kepada orang lain
f.    Tidak akan mampu untuk tawaduk, baik kepada allah dan rasul-nya ataupun kepada yang lain
g.    Menganggap rendah orang lain sehingga akan di jauhi orang lain
h.    Setan sudah menguasi dirnya
i.     Di akhriat di neraka tempatnya.[12]  Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surah An-Nahl ayat 29 sebagai berikut:
Artinya: “Maka masukilah pintu-pintu neraka jahanam, kamu kekal didalamnya. Pasti itu seburuk-buruk tempat orang yang menyombongkan diri.” Q.S. An-Nahl: 29).[13]

5.    Cara-cara menghilangkan sifat takabur
Bila kita telah terlanjur mengidap penyakit hati yang satu ini, dan mempunyai keinginan untuk menghilangkannya maka dalam usahanya,  pertama-tama perlulah direnungkan hal-hal yang membuat takabur agar lebih mudah memberantas sifat tersebut. Berikut cara-cara menghilangkan sifat takabur sesuai dengan penyebabnya:
a.    Sombong karena ilmu
Renungkanlah, ilmu yang anda dapatkan tidak mungkin langsung begitu saja, perlu guru, pengalaman dalam memperolehnya dan semua itu pasti atas jasa orang lain. Jadi berhentilah untuk sombong. Serta perhatikanlah firman Allah swt dibawah ini sebagai renungan:
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman! Mengapa kau mengatakan sesuatu yang tak kau kerjakan? Itu sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan” (Q.S. As Saf : 2-3 )
b.    Sombong karena ibadah
Sebelum sombong karena ibadah ada baiknya merenungkan Imam Al-Ghazali berkata “Barang siapa meyakini dirinya lebih unggul amal ibadahnya dari orang lain, maka benar-benar rusak semua amal ibadahnya”.
Ibadah yang diterima adalah ibadah yang ikhlas (dilakukan karena Allah swt.)
c.    Sombong karena nasab (keturunan)
Perlu kita ingat, Iblis dilaknat oleh Allah swt. karena takabur dengan membangga-banggakan asal usulnya atau nasabnya (keturunan). Sebagaimana firman Allah swt.:
Artinya: “Wahai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah aku ciptakan dengan kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu merasa termasuk golongan yang (lebih) tinggi? Iblis berkata: “Aku lebih baik dari padanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”.
d.   Sombong karen rupawan
Apa yang ingin disombongkan? Setiap hari kita juga membawa kotoran kita kemana-mana. Dan akan kembali ke tanah juga pada akhirnya.
e.    Sombong karena kekutan badan
Berbicara tentang kekuatan badan pasti berkaitan dengan makanan yang kita konsumsi setiap hari. Makanan yang kita peroleh dari merupakan hasil dari jerih payah pekebun, hasil olahan orang lain? Seharusnya kita berhutang budi. Mengapa ingin sombong?
f.    Sombong karena kekayaan
Sesungguhnya harta dan kekayaan itu tidak dibawa mati, justru amalan itulah yang menjadi penolong.
g.    Sombong karena kedudukan
Jangan takabur karena kedudukan atau pangkat, Allah swt. berkuasa mutlak untuk mencopot pangkat seseorang sesuai dengan firman Allah swt.:
Artinya: Katakanlah (Muhammad), “Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Ali ‘Imran: 26)
h.    Sombong karena banyaknya teman atau sanak saudara
Banyak teman itu bagus tapi yang membuat tidak bagus adalah sebuah golongan-golongan yang membanggakan diri. Hendaknya renungkan firman Allah swt dibawah ini,
Artinya: ”Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka”. (Q.S. ar Rum: 32)
Mengapa harus bergolong-golongan, padahal aslinya kita itu sama dan satu. Udara yang kita hirup sama, air yang kita minum dari langit yang sama, Tuhan, Rasul dan Al-Qur’an kita juga sama.
i.     Sombong karena keterampilan atau keahlian
Diatas langit-masih ada langit. Sesungguhnya semua yang ada pada diri kita adalah pemberian allah semata-mata. Dan semua ini atas kehendaknya.[14]

6.    Menghindari perilaku atau sifat takabur
Beikut ini cara-cara menghindari perilaku takabur:
a.    Tanamkan keimanan yang kuat di dalam hati
b.    Hilangkan sifat ujub
c.    Mengetahui dan menyadari akibat negatif dari sombong
d.   Hindari pergaulan dengan orang-orang yang biasa bersikap sombong
e.    Biasakan melihat seseorang dari segi kelebihannya, agar kita mampu menghargainya
f.    Selalu menyadari segala nikmat yang kita miliki adalah titipan dari allah agar mudah untuk mensyukuri nikmat allah dan menggunakanya untuk kebaikan dan memperbanyak amal saleh
g.    Berlaku rendah hati,santun dan tenggang rasa kepada siapapun
h.    Perhatikanlah bagaimana kehancuran yang di temui oleh orang sombong akibat ulahny.
i.     Berdoalah kepada Allah swt. agar diberi kekuatan menghindari sikap perbuatan sombong[15]

D.  Sum’ah
1.    Pengertian Sum’ah
Pengertian sum’ah secara terminologi adalah sikap seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan amal shalihnya yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi, kepada manusia lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan atau penghargaan dari mereka, atau mengharapkan keuntungan materi.

2.    Cara menghindari, menghilangkan serta dampak negatif sum’ah
Berikut merupakan dalil dan hadist tentang sum’ah yang bisa dijadikan pedoman untuk menghilangkan dan menghindari sum’ah:
Dalam Al-Qur’an Allah telah memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” (QS. Al-Baqarah : 264)
Rasulullah SAW juga memperingatkan dalam haditsnya: ’Siapa yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya”. (HR. Bukhari).[16]

3.    Contoh perbuatan Sum’ah
Dalam sebuah riwayat diceritakan orang-orang yang digiring ke neraka . Allah memerintahkan kepada malaikat malik untuk tidak membakar kaki-kaki mereka sebab kaki kaki mereka pernah dilangkahkan ke mesjid dan tidak membakar tangan-tangan mereka sebab tangan-tangan itu pernah diangkat untuk berdoa. Malik bertanya “apa yang terjadi kepada kalian hai orang-orang celaka?” ahli neraka itu menjawab “kami dahulu bukan beramal karena Allah”. (Bihar al anwar 8: 325)
Riwayat lain bercerita tentang seorang yang membaca al-Qur’an siang dan malam, yang terbunuh fissabillillah  dan menginfakkan hartanya. Ketiga-tiganya dimasukkan kedalam neraka. Yang pertama masuk neraka karena ia ingin disebur Qari’, yang kedua ingin disebut pemberani, yang ketiga ingin dipanggil darmawan. Bihar al anwar 72: 305). Alhasil ketiga orang diatas melakukan ibadah karena manusia bukan karena Allah.[17]


E.   Pemarah (Ghadab)
1.    Pengertian Ghadab
Gadab (marah) secara bahasa artinya keras, kasar, dan padat. Orang yang marah (pemarah) di sebut gadib. Secara istilah, gadab berarti sikap seseorang yang mudah marah karena tidak senang terhadap perlakuan atau perbuatan orang lain. Maka, marah dalam pengertian ghadab bersifat negatif. Tentu saja, sifat pemarah seperti itu dapat membakar jiwa dan menghanguskan akal. Itulah sifat pemarah yang dilarang Allah dan RasulNya.
Bentuk-bentuk sifat marah sangat beraneka ragam, seperti: menampakkan wajah yang cemberut, mata yang melotot, berkata-kata kasar dan kotor ataupun berbentuk tindakan yang merugikan orang lain.
Ciri-ciri ghadab adalah mudah marah, mudah tersinggung, membesarkan masalah kecil, berkata-kata kasar, mencaci maki.

2.    Faktor-faktor yang dapat mengundang timbulnya rasa marah, bisa berupa hal-hal seperti dibawah ini:
a.    Tugas yang diberikan untuk diselesaikan, tetapi diabaikan.
b.    Terjadi pelanggaran terhadap suatu perjanjian bersama.
c.    Diberikan amanat, tetapi dikhianati.
d.   Merasa dirinya disakiti, ditipu atau dihina dan dilecehkan oleh orang lain.
e.    Merasa agamanya diinjak-injak, dihina dan dilecehkan oleh agama lain.

3.    Contoh sifat Ghadab
a.    Seorang guru marah pada saat diberitahu bahwa tulisan dan jawaban beliau ada yang salah.
b.    Seorang teman marah ketika ditegur akan kesalahannya
c.    Kakak memarahi adiknya ketika bajunya ditumpahi minuman yang akan disuguhkan kepadanya.

4.    Dampak negatif dari marah yaitu:
Berikut beberapa dampak negatif dari sekian banyak dampak negatif dari marah, yaitu:
a.    Dijauhi teman/saudara
b.    Untuk kesehatan, dapat menyebabkan darah tinggi, batuk dan cepat tua
c.    Meretakkan hubungan persaudaraan
d.   Menimbulkan kebencian, Perkelahian, Permusuhan & sakit hati
e.    Keputusan dan tindakan orang marah cenderung menambah masalah.
f.    Dibenci Allah swt. dan Dapat terjauhkan dari ampunan dan surga Allah[18]

5.    Cara menghindari dan menghilangkan sifat marah
Berikut ini pemakalah merangkum cara-cara menghindari dan menghilangkan sifat marah secara umum dan garis besarnya adalah sebagai berikut:
a.    Ketahuilah akibat buruk dari marah
b.    Meningkatkan takwa dan ibadah, serta memupuk sifat sabar[19]
c.    Mengevaluasi akan kesalahan yang telah dilakukan
d.   Lapang dada, luas pandangan, gunakan akal dan pikiran serta tidak emosional.
e.    Membaca ta’awudz (memohon perlindungan Allah dari godaan syaitan yang selalu membangkitkan amarah.
f.    Apabila marah segeralah memberi maaf sebagaimana firman Allah sebagai berikut:
Artinya:.. Dan apabila mereka marah segera memberi maaf"
(Q.S.Asy-Syura: ayat 37)
g.    Hendaklah berpedoman pada wasiat Rasullullah di bawah ini:
"Ada seorang lelaki meminta kepada Nabi saw. Katanya, "Wasiatkan kepada saya, ya Rasul Allah!". Baginda Nabi saw. menjawab, "Jangan marah!" Orang itu mengulangi permintaannya, dan Nabi saw. mengulangi pesannya, "Jangan marah!" (H.R. Bukhari).
h.    “Tidak ada minuman yang lebih besar pahalanya di sisi Allah daripada seteguk kemarahan yang ditahan oleh seorang hamba, karena mengharapkan rida-Nya" (HR. Ibnu Majah).
i.     "Siapa yang menolak marahnya, Allah akan menolak siksa-Nya dari orang itu dan orang yang memelihara lidahnya, Allah akan memelihara auratnya” (HR. At-Thabrani).
j.     "Orang tidak dikatakan kuat bukan  karena kuat berkelahi, tetapi karena ia bisa menguasai marahnya".
k.    Perhatikan sabda rasulullah saw sebagai berikut
Artiya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Kekuatan itu tidak dibuktikan dengan kemenangan dalam bergulat. Tetapi orang yang kuat ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah.” (HR. Bukhari dan Muslim)
l.     Ketika timbul perasaan marah, hendaklah duduk sambil ingat Allah. Kalau duduk masih marah juga, hendaklah segera berwudu, karena dengan berwudu badan terasa segar. Kemarahan dipengaruhi setan dan setan diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan oleh air, maka setan dibasmikan oleh dinginnya air wudu.
Artinya:
Sesungguhnya marah itu dari setan, dan sesungguhnya setan itu kejadiannya dari api, dan sesungguhnya api itu dapat padam dengan air. Jika diantara kamu marah, segeralah berwudul.” (H.R. Abu Dawud)[20]




F.   Penutup
Dari pembahasan diatas tentang takabur, sum’ah dan ghadab, jelaslah sudah ketiga hal diatas merupakan akhlak tercela yang sangat dibenci oleh Allah swt. karena sangat bertentangan dengan agama Islam serta aturan syari’at.
Mengapa Allah swt. melarang ketiga hal tersebut adalah karena terlalu banyak mudharatnya daripada kemaslahatannya baik itu didunia dan di akhirat atau bagi dirisendiri atau bagi orang lain.



DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid Syalani Yahya. 2010. Pendidikan Agama Islam. (Bandung: ArfinonRaya).

Ali Nurdin, dkk. 2012. Pendidikan Agama Islam. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka).

Asy’ari dkk, th. Pendidikan Agama Islam 3. (Semarang: Aneka Ilmu).

Atikah U.M.Z.A., S.HI.. 2006.  Pendidikan Agama Islam. (Karanganyar: PT Pratama Mitra Aksara).

Prof. Dr. H. Moh. Ardani 2005. Akhlak Tasawuf. ( PT. Mitra Cahaya Utama). Lihat juga dalam website: https://copypst. wordpress.com/ makalah-akhlaq-buat-you

Rachmat Djatmika. 1996.  Sistem Etika Islam. (Jakarta: Pustaka Panji Mas). lihat juga https://www.scribd.com/doc/84403461/MAKALAH - AKHLAK

Syarifuddin. Th. Pendidikan Agama Islam. (Karanganyar: PT Pratama Mitra Aksara). Lihat juga Tim Penyusun, th. Pendidikan Budi Pekerti. (Indonesia: PT Mancanan Jaya Cemerlang).

Tim Penyusun. Th. Pendidikan Budi Pekerti. (Indonesia: PT Mancanan Jaya Cemerlang).

Zahruddin AR. 2004. Pengantar Ilmu Akhlak. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada). Lihat juga dalam website: https://copypst. wordpress.com/ makalah-akhlaq-buat-you

http://ewidoyoko.blogspot.com/2010/12/ujub-sumah-dan-riya.html

Jalaluddin Rakhmat. 2008. Membuka Tirai Kegaiban: Rahasia-Rahasia Sufistik. (Bandung: Mizan pustaka).


http://mytheilmu.blogspot.com/2013 /02/ghadab.html


[1] Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2004), Cet ke-1, h. 1. Lihat juga dalam website: https://copypst. wordpress.com/ makalah-akhlaq-buat-you
[2] Zahruddin AR, h. 4
[3] Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet ke-2, h. 29. Lihat juga dalam website: https://copypst.wordpress.com/makalah-akhlaq-buat-you

[4] Zahruddin AR, h. 4-5.
[5] Ali Nurdin, dkk., Pendidikan Agama Islam (Tangerang Selatan : Universitas Terbuka), Thn. 2012, Hlm. 522
[6] Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam, (Jakarta :Pustaka Panji Mas, 1996), hlm.26. lihat juga https://www.scribd.com/doc/84403461/MAKALAH-AKHLAK

[7] Ali Nurdin, 523
[8] Atikah U.M.Z.A., S.HI., Pendidikan Agama Islam, (Karanganyar:PT Pratama Mitra Aksara), Thn.2006, Hlm.33
[9] Abdul Wahid Syalani Yahya, Pendidikan Agama Islam (Bandung: ArfinonRaya), Thn. 2010, Hlm. 115
[10] Asy’ari dkk, Pendidikan Agama Islam 3, Semarang: Aneka Ilmu, Th., Hlm. 85
[11] Asy’ari dkk, Hlm. 85-86
[12] Asy’ari dkk, Hlm. 87-88
[13] Atikah, 24
[14] Asy’ari dkk, Hlm. 88-92
[15] Asy’ari dkk, Hlm. 92. Lihat juga Abdul Wahid Syalani Yahya, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: ArfinonRaya), Th. 2010, Hlm. 118
[16] http://ewidoyoko.blogspot.com/2010/12/ujub-sumah-dan-riya.html
[17] Jalaluddin Rakhmat, Membuka Tirai Kegaiban: Rahasia-Rahasia Sufistik, Bandung: Mizan pustaka, 2008, hlm. 106
[18] Syarifuddin, Pendidikan Agama Islam, (Karanganyar : PT Pratama Mitra Aksara), Thn. Hlm. 25. Lihat juga Tim Penyusun, Pendidikan Budi Pekerti, (Indonesia: PT Mancanan Jaya Cemerlang), Thn. Hlm. 1
[19] Tim Penyusun, Pendidikan Budi Pekerti, (Indonesia: PT Mancanan Jaya Cemerlang), Thn. Hlm. 1-2
[20]http://islamiwiki.blogspot.com/2014/02/wasiat-nabi-jangan-marah-cara.html#.VStBBI4eq1s. Lihat juga http://mytheilmu.blogspot.com/2013 /02/ghadab.html

No comments:

Post a Comment

Biografi dan Konsep Pemikiran Pendidikan Islam Muhammad Abduh

DAFTAR ISI                                                                                                 KATA PENGANTAR .........