AKHLAK MAZMUMAH
(SUM’AH, TAKABBUR DAN GHADAB)
RIA SARI
Mahasiswa IAI Sultan Muhammad Syafiuddin
Smester IV, Prodi PAI, Fakultas Tarbiyah
Jl. Raya Sejangkung,
Kawasan Pendidikan Tinggi Sebayan, Sambas-Kalbar
Hp.
089693739702 / Surel: riasari511@gmail.com
Abstract
In
our live, nevermind in home, village, school, market there was so many despicable
character that we can found. Such as: takabur, sum’ah and Ghadab. Three
of them is not good for us or for people arround us. But the unfortunetly
sometimese we are not detivication of these behavior in our live. That why i
took this title. It is for us to know and to escape these behavior.
Keyword: Akhlak
Tercela, Takabur, Sum’ah, Ghadab
A. Pendahuluan
Disamping berkembangnya akhlak mahmudah, hiduplah akhlak mazmumah yang semakin
merajalela dizaman modern ini akibat banyaknya pengaruh-pengaruh dari luar
serta minimnya iman yang dimiliki. Seakan kembali kepada zaman jahiliyah.
Diantara banyaknya akhlak mazmumah yang tak kalah maraknya diantara kita
adalah Takabur, Sum’ah dan Ghadab. Dimana tak ada lagi pertimbangan
dalam marah, keikhlasan dalam melakukan sesuatu dan inginnya ketenaran yang
membuat semua penyakit hati tersebut semangkin tumbuh subur dikalangan kita.
Meskipun Takabur, Sum’ah dan Ghadab merupakan akhlak tercela tetapi masih dipelajari secara
mendalam dan komples dalam Islam, hal ini bertujuan untuk memahami secara utuh
agar bisa mengerti, memahami, mendeteksi dan menjauhi serta menghilangkan
sifat-sifat tersebut. Atas dasar inilah pemakalah mengangkat judul “Akhlak
Mazmumah khususnya Takabur, Sum’ah dan Ghadab.
B. Pengertian Akhlak Tercela ( Mazmumah )
Akhlak Secara Etimologi, Menurut
pendekatan etimologi; perkataan “akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari
bentuk mufradnya “Khuluqun” yang
menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat.
Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuaian dengan perkataan “khalkun” yang berarti kejadian, serta
erat hubungan “Khaliq” yang berarti
Pencipta dan “Makhluk” yang berarti yang diciptakan.[1]
Sedangkan menurut pendekatan
secara terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak
sebagai berikut:
1.
Ibn Miskawaih
Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa melalui
pertimbangan pikiran lebih dahulu.[2]
2.
Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar
dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan dengan mudah dan gampang,
tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbangan. Jika sikap itu yang darinya lahir
perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara’, maka ia
disebut akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap
tersebut disebut akhlak yang buruk.[3]
3.
Prof. Dr. Ahmad Amin
Sementara orang mengetahui bahwa yang
disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan. Artinya, kehendak itu bila
membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.
Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari
beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang kebiasaan merupakan perbuatan
yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-masing dari kehendak dan
kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu menimbulkan
kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.[4]
Jika diperhatikan dengan
seksama, tampak bahwa seluruh definisi akhlak diatas tidak ada yang saling
bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat dalam
jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.
Sedangkan Akhlak Tercela (Madzmumah) adalah suatu perwujudan
akhlak, baik itu akhlak batin maupun akhlak lahir yang tidak sesuai dengan
ketentuan Allah dan Rasul-Nya.[5]
Akhlak ini erat kaitannya dengan suatu perangai atau tingkah laku pada tutur
kata yang tercermin pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang
tidak menyenangkan orang lain.[6]
Akhlak batin merupakan dasar
atau sendi bagi akhlak lahir. Bila akhlak batin seseorang itu mulia maka akan
melahirkan akhlak mulia pula dan begitu sebaliknya bila akhlak batin seseorang
itu tercela maka akan melahirkan akhlak lahir yang tercela.
Menurut Al-Ghazali ada empat
dasar akhlak batin yang tercela yaitu:
1.
Keji, pintar busuk, bodoh, yaitu keadaan jiwa
yang terlalu pintar atau tidak bisa menentukan yang benar diantara yang salah
karena bodohnya
2.
Berani tapi semberono, penakut dan lemah, yaitu
kekuatan amarah yang tidak bisa dikekang atau tidak pernah dilakukan, sekalipun
sesuai dengan kehendak akal
3.
Rakus dan statis, yaitu keadaan syahwat yang
tiddak terdidik oleh akal dan syariat agama, berarti ia bisa berlebihan atau
sama sekali tidak berfungsi
4.
Aniaya, yaitu kekuatan syahwat dan mamarah yang
tidak terbimbing oleh hikmah.
Keempat dasar akhlak tercela itu
akan melahirkan berbagai perbuatan tercela yang dikendalikan oleh nafsu, beberapa
diantaranya: sombong, riya’, khianat, dusta, dengki, keji, serakah, ‘ujub,
pemarah, malas, ghibah, kikir dan sum’ah yang semuanya akan mendatangkan
malapetaka baik bagi pribadi maupun masyarakat.[7]
Dalam makalah ini penulis mengangkat judul akhlak madzmumah khususnya
membahas tentang Takabur, Sum’ah dan Ghadab.
C. TAKABUR
Takabur merupakan salah satu dari tiga pembahasan sifat tercela yang akan
pemakalah bahas dalam makalah ini, untuk
mengetahui lebih lanjut seperti apa itu takabur, maka perlu dijelaskan hal-hal
penting tentang “takabur”, seperti pengertian, macam-macam takabur, ciri- ciri
takabur, akibat negatif takabur, cara-cara menghilangkan sifat takabur, dan
cara menghindari sifat atau prilaku takabur dengan maksud untuk lebih mengenal
dan memahaminya secara kompleks dan integral tentang takabur agar bisa
dihindari dan bila terlanjur sudah memiliki sifat takabur ini bisa dihilangkan
dengan tips-tips dalam pembahasan ini.
1.
Pengertian Takabur
Takabur berasal dari bahasa Arab yaitu takabbara-yatakabbara yang artinya
sombong atau membanggakan diri, sedangkan orangnya disebut mutakabbir (orang yang merasa dirinya besar).[8]
Menurut bahasa, takabbur ialah
sombong, angkuh, besar kepala, atau merasa dirinya paling besar. Sedangkan takabbur menurut istilah ialah sikap
perilaku menyombongkan diri terhadap orang lain dan menganggap orang lain lebih
rendah dibanding dirinya.[9]
Dari devinisi diatas maka jelaslah, takabur merupakan suatu sifat dimana
ia merasa lebih dibanding orang lain, baik itu lebih dari sisi materi, lebih
dari sisi fisik, lebih dari sisi ibadah, dan sebagainya, sehingga ia menganggap
rendah dan remeh orang lain.
2.
Ciri-ciri Takabur
Ciri-ciri takabur yang dijelaskan oleh Rasulullah saw.:
Artinya:
Dari Abdillah bin Mas’ud dari Nabi saw.
bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang didalam hatinya tersimpan sedikit
saja kesombongan”. Lalu ada seorang sahabat berkata, “sesungguhnya ada
seseorang yang suka berpakaian bagus dan sandalnya juga bagus”. Rasulullah
bersabda, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan, sedangkan
sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan orang lain”. ( H.R. Muslim)[10]
3.
Macam-macam takabur
1)
Takabur kepada Allah swt. dan Rasulullah saw.
Takabur kepada Allah swt. dan Rasulullah saw. yakni ketika seseorang
tidak mau menerima bahkan menentang kebenaran dari Allah swt. dan ajaran
Rasulullah saw. Beberapa contohnya adalah: Ada diantara kita yang menyatakan
bahwa salat tidak ada gunanya dan puasa itu hanya membuat kita sengsara.
2)
Takabur kepada sesama manusia
Hal ini karena seseorang merasa mempunyai kelebihan dari orang-orang
disekitarnya. Kelebihan itu bisa berupa: ilmu (kecerdasan), amal, nasab
(keturunan), rupa, kekuatan badan, kekayaan, kedudukan, banyak teman, sanak
keluarga, keahlian dan sebagainya.[11]
4.
Akibat negatif dari takabur
Orang yang sombong atau takabur tidak akan
masuk surga di akhirat nanti dan di dunia pun akan tersiksa.
Akibat-akibat buruk dari takabur adalah:
a.
Tidak menyadari bahwa segala keberhasilan yang
di perolehnya adalah karunia allah
b.
Tidak mampu bersyukur karena merasa semua yang
diperolehnya atas kerja kerasnya
c.
Ilmunya tidak akan berkembang karena sudah
merasa hebat dengan ilmu yang dimilikinya
d.
Sulit menerima nasihat karena mersa dirinya
paling hebat
e.
Mendorong berbuat zalim atau anaiaya kepada
orang lain
f.
Tidak akan mampu untuk tawaduk, baik kepada
allah dan rasul-nya ataupun kepada yang lain
g.
Menganggap rendah orang lain sehingga akan di
jauhi orang lain
h.
Setan sudah menguasi dirnya
i.
Di akhriat di neraka tempatnya.[12] Sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran surah
An-Nahl ayat 29 sebagai berikut:
Artinya: “Maka
masukilah pintu-pintu neraka jahanam, kamu kekal didalamnya. Pasti itu
seburuk-buruk tempat orang yang menyombongkan diri.” Q.S. An-Nahl: 29).[13]
5.
Cara-cara menghilangkan sifat takabur
Bila kita telah terlanjur mengidap penyakit hati yang satu ini, dan
mempunyai keinginan untuk menghilangkannya maka dalam usahanya, pertama-tama perlulah direnungkan hal-hal
yang membuat takabur agar lebih mudah memberantas sifat tersebut. Berikut
cara-cara menghilangkan sifat takabur sesuai dengan penyebabnya:
a.
Sombong karena ilmu
Renungkanlah, ilmu yang anda dapatkan tidak mungkin langsung begitu saja,
perlu guru, pengalaman dalam memperolehnya dan semua itu pasti atas jasa orang
lain. Jadi berhentilah untuk sombong. Serta perhatikanlah firman Allah swt
dibawah ini sebagai renungan:
Artinya: “Wahai
orang-orang yang beriman! Mengapa kau mengatakan sesuatu yang tak kau kerjakan?
Itu sangatlah dibenci di sisi Allah jika kamu mengatakan apa-apa yang tidak
kamu kerjakan” (Q.S. As Saf : 2-3 )
b.
Sombong karena ibadah
Sebelum sombong karena ibadah ada baiknya merenungkan Imam Al-Ghazali
berkata “Barang siapa meyakini dirinya
lebih unggul amal ibadahnya dari orang lain, maka benar-benar rusak semua amal
ibadahnya”.
Ibadah yang diterima adalah ibadah yang ikhlas (dilakukan karena Allah
swt.)
c.
Sombong karena nasab (keturunan)
Perlu kita ingat, Iblis dilaknat oleh Allah swt. karena takabur dengan
membangga-banggakan asal usulnya atau nasabnya (keturunan). Sebagaimana firman
Allah swt.:
Artinya: “Wahai
iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah aku ciptakan dengan
kekuasaan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri atau kamu merasa termasuk golongan
yang (lebih) tinggi? Iblis berkata: “Aku lebih baik dari padanya, karena Engkau
ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah”.
d.
Sombong karen rupawan
Apa yang ingin disombongkan? Setiap hari kita juga membawa kotoran kita
kemana-mana. Dan akan kembali ke tanah juga pada akhirnya.
e.
Sombong karena kekutan badan
Berbicara tentang kekuatan badan pasti berkaitan dengan makanan yang kita
konsumsi setiap hari. Makanan yang kita peroleh dari merupakan hasil dari jerih
payah pekebun, hasil olahan orang lain? Seharusnya kita berhutang budi. Mengapa
ingin sombong?
f.
Sombong karena kekayaan
Sesungguhnya harta dan kekayaan itu tidak dibawa mati, justru amalan
itulah yang menjadi penolong.
g.
Sombong karena kedudukan
Jangan takabur karena kedudukan atau pangkat, Allah swt. berkuasa mutlak
untuk mencopot pangkat seseorang sesuai dengan firman Allah swt.:
Artinya: Katakanlah (Muhammad),
“Wahai Tuhan pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapapun yang
Engkau kehendaki, dan Engkau cabut kekuasaan dari siapapun yang Engkau
kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan. Sungguh, Engkau Mahakuasa atas
segala sesuatu.” (Q.S. Ali ‘Imran: 26)
h.
Sombong karena banyaknya teman atau sanak
saudara
Banyak teman itu bagus tapi yang membuat tidak bagus adalah sebuah
golongan-golongan yang membanggakan diri. Hendaknya renungkan firman Allah swt
dibawah ini,
Artinya: ”Yaitu
orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa
golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan
mereka”. (Q.S. ar Rum: 32)
Mengapa harus bergolong-golongan, padahal aslinya kita itu sama dan satu.
Udara yang kita hirup sama, air yang kita minum dari langit yang sama, Tuhan,
Rasul dan Al-Qur’an kita juga sama.
i.
Sombong karena keterampilan atau keahlian
Diatas langit-masih ada langit. Sesungguhnya semua yang ada pada diri
kita adalah pemberian allah semata-mata. Dan semua ini atas kehendaknya.[14]
6.
Menghindari perilaku atau sifat takabur
Beikut ini cara-cara menghindari perilaku takabur:
a.
Tanamkan keimanan yang kuat di dalam hati
b.
Hilangkan sifat ujub
c.
Mengetahui dan menyadari akibat negatif dari
sombong
d.
Hindari pergaulan dengan orang-orang yang biasa
bersikap sombong
e.
Biasakan melihat seseorang dari segi
kelebihannya, agar kita mampu menghargainya
f.
Selalu menyadari segala nikmat yang kita miliki
adalah titipan dari allah agar mudah untuk mensyukuri nikmat allah dan
menggunakanya untuk kebaikan dan memperbanyak amal saleh
g.
Berlaku rendah hati,santun dan tenggang rasa
kepada siapapun
h.
Perhatikanlah bagaimana kehancuran yang di temui
oleh orang sombong akibat ulahny.
i.
Berdoalah kepada Allah swt. agar diberi kekuatan
menghindari sikap perbuatan sombong[15]
D. Sum’ah
1.
Pengertian
Sum’ah
Pengertian sum’ah secara
terminologi adalah sikap seorang muslim yang membicarakan atau memberitahukan
amal shalihnya yang sebelumnya tidak diketahui atau tersembunyi, kepada manusia
lain agar dirinya mendapatkan kedudukan dan atau penghargaan dari mereka, atau
mengharapkan keuntungan materi.
2.
Cara menghindari, menghilangkan serta dampak
negatif sum’ah
Berikut merupakan dalil dan
hadist tentang sum’ah yang bisa dijadikan pedoman untuk menghilangkan dan
menghindari sum’ah:
Dalam Al-Qur’an Allah telah
memperingatkan tentang sum’ah dan riya ini: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala)
sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima),
seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia…” (QS.
Al-Baqarah : 264)
Rasulullah SAW juga
memperingatkan dalam haditsnya: ’Siapa
yang berlaku sum’ah maka akan diperlakukan dengan sum’ah oleh Allah dan siapa
yang berlaku riya maka akan dibalas dengan riya”. (HR. Bukhari).[16]
3.
Contoh perbuatan Sum’ah
Dalam sebuah
riwayat diceritakan orang-orang yang digiring ke neraka . Allah memerintahkan
kepada malaikat malik untuk tidak membakar kaki-kaki mereka sebab kaki kaki
mereka pernah dilangkahkan ke mesjid dan tidak membakar tangan-tangan mereka
sebab tangan-tangan itu pernah diangkat untuk berdoa. Malik bertanya “apa yang
terjadi kepada kalian hai orang-orang celaka?” ahli neraka itu menjawab “kami
dahulu bukan beramal karena Allah”. (Bihar al anwar 8: 325)
Riwayat lain bercerita tentang
seorang yang membaca al-Qur’an siang dan malam, yang terbunuh fissabillillah dan menginfakkan hartanya. Ketiga-tiganya
dimasukkan kedalam neraka. Yang pertama masuk neraka karena ia ingin disebur
Qari’, yang kedua ingin disebut pemberani, yang ketiga ingin dipanggil
darmawan. Bihar al anwar 72: 305). Alhasil ketiga orang diatas
melakukan ibadah karena manusia bukan karena Allah.[17]
E. Pemarah (Ghadab)
1.
Pengertian
Ghadab
Gadab (marah) secara bahasa artinya keras,
kasar, dan padat. Orang yang marah (pemarah) di sebut gadib. Secara istilah,
gadab berarti sikap seseorang yang mudah marah karena tidak senang terhadap
perlakuan atau perbuatan orang lain. Maka, marah dalam pengertian ghadab bersifat negatif. Tentu saja,
sifat pemarah seperti itu dapat membakar jiwa dan menghanguskan akal. Itulah
sifat pemarah yang dilarang Allah dan RasulNya.
Bentuk-bentuk sifat marah sangat beraneka
ragam, seperti: menampakkan wajah yang cemberut, mata yang melotot,
berkata-kata kasar dan kotor ataupun berbentuk tindakan yang merugikan orang
lain.
Ciri-ciri ghadab adalah mudah marah, mudah
tersinggung, membesarkan masalah kecil, berkata-kata kasar, mencaci maki.
2.
Faktor-faktor yang dapat mengundang
timbulnya rasa marah, bisa berupa hal-hal seperti dibawah ini:
a. Tugas yang
diberikan untuk diselesaikan, tetapi diabaikan.
b. Terjadi
pelanggaran terhadap suatu perjanjian bersama.
c. Diberikan
amanat, tetapi dikhianati.
d. Merasa dirinya
disakiti, ditipu atau dihina dan dilecehkan oleh orang lain.
e. Merasa agamanya
diinjak-injak, dihina dan dilecehkan oleh agama lain.
3.
Contoh sifat Ghadab
a.
Seorang guru marah pada saat diberitahu bahwa
tulisan dan jawaban beliau ada yang salah.
b.
Seorang teman marah ketika ditegur akan
kesalahannya
c.
Kakak memarahi adiknya ketika bajunya ditumpahi
minuman yang akan disuguhkan kepadanya.
4.
Dampak negatif dari marah yaitu:
Berikut beberapa dampak negatif dari sekian
banyak dampak negatif dari marah, yaitu:
a.
Dijauhi teman/saudara
b.
Untuk kesehatan, dapat menyebabkan darah tinggi,
batuk dan cepat tua
c.
Meretakkan hubungan persaudaraan
d.
Menimbulkan kebencian, Perkelahian, Permusuhan &
sakit hati
e.
Keputusan dan tindakan orang marah cenderung
menambah masalah.
f.
Dibenci Allah swt. dan Dapat terjauhkan dari
ampunan dan surga Allah[18]
5.
Cara menghindari dan menghilangkan sifat marah
Berikut ini pemakalah merangkum cara-cara
menghindari dan menghilangkan sifat marah secara umum dan garis besarnya adalah
sebagai berikut:
a.
Ketahuilah akibat buruk dari marah
b.
Meningkatkan takwa dan ibadah, serta memupuk
sifat sabar[19]
c.
Mengevaluasi akan kesalahan yang telah dilakukan
d.
Lapang dada, luas pandangan, gunakan akal dan
pikiran serta tidak emosional.
e.
Membaca ta’awudz (memohon perlindungan Allah
dari godaan syaitan yang selalu membangkitkan amarah.
f.
Apabila marah segeralah memberi maaf sebagaimana
firman Allah sebagai berikut:
Artinya:.. Dan
apabila mereka marah segera memberi maaf"
(Q.S.Asy-Syura: ayat 37)
g.
Hendaklah berpedoman pada wasiat Rasullullah di
bawah ini:
"Ada seorang
lelaki meminta kepada Nabi saw. Katanya, "Wasiatkan kepada saya, ya Rasul
Allah!". Baginda Nabi saw. menjawab, "Jangan marah!" Orang itu
mengulangi permintaannya, dan Nabi saw. mengulangi pesannya, "Jangan
marah!" (H.R. Bukhari).
h.
“Tidak ada
minuman yang lebih besar pahalanya di sisi Allah daripada seteguk kemarahan
yang ditahan oleh seorang hamba, karena mengharapkan rida-Nya" (HR.
Ibnu Majah).
i.
"Siapa
yang menolak marahnya, Allah akan menolak siksa-Nya dari orang itu dan orang
yang memelihara lidahnya, Allah akan memelihara auratnya” (HR.
At-Thabrani).
j.
"Orang
tidak dikatakan kuat bukan karena kuat
berkelahi, tetapi karena ia bisa menguasai marahnya".
k.
Perhatikan sabda rasulullah saw sebagai berikut
Artiya: “Diriwayatkan
dari Abu Hurairah r.a katanya: Sesungguhnya Rasulullah saw bersabda: Kekuatan
itu tidak dibuktikan dengan kemenangan dalam bergulat. Tetapi orang yang kuat
ialah orang yang dapat mengendalikan dirinya ketika sedang marah.” (HR.
Bukhari dan Muslim)
l.
Ketika timbul perasaan marah, hendaklah duduk
sambil ingat Allah. Kalau duduk masih marah juga, hendaklah segera berwudu,
karena dengan berwudu badan terasa segar. Kemarahan dipengaruhi setan dan setan
diciptakan dari api, dan api bisa dipadamkan oleh air, maka setan dibasmikan
oleh dinginnya air wudu.
Artinya:
“Sesungguhnya marah itu dari setan, dan
sesungguhnya setan itu kejadiannya dari api, dan sesungguhnya api itu dapat
padam dengan air. Jika diantara kamu marah, segeralah berwudul.” (H.R. Abu
Dawud)[20]
F. Penutup
Dari pembahasan diatas tentang takabur, sum’ah dan ghadab, jelaslah
sudah ketiga hal diatas merupakan akhlak tercela yang sangat dibenci oleh Allah
swt. karena sangat bertentangan dengan agama Islam serta aturan syari’at.
Mengapa Allah swt. melarang
ketiga hal tersebut adalah karena terlalu banyak mudharatnya daripada
kemaslahatannya baik itu didunia dan di akhirat atau bagi dirisendiri atau bagi
orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Wahid Syalani Yahya. 2010. Pendidikan
Agama Islam. (Bandung: ArfinonRaya).
Ali Nurdin, dkk. 2012. Pendidikan
Agama Islam. (Tangerang Selatan: Universitas Terbuka).
Asy’ari dkk, th. Pendidikan Agama
Islam 3. (Semarang: Aneka Ilmu).
Atikah U.M.Z.A., S.HI.. 2006. Pendidikan Agama Islam. (Karanganyar: PT
Pratama Mitra Aksara).
Prof. Dr. H. Moh. Ardani 2005. Akhlak
Tasawuf. ( PT. Mitra Cahaya Utama). Lihat juga dalam website:
https://copypst. wordpress.com/ makalah-akhlaq-buat-you
Rachmat Djatmika. 1996. Sistem Etika Islam. (Jakarta: Pustaka
Panji Mas). lihat juga https://www.scribd.com/doc/84403461/MAKALAH - AKHLAK
Syarifuddin. Th. Pendidikan Agama
Islam. (Karanganyar: PT Pratama Mitra Aksara). Lihat juga Tim Penyusun, th.
Pendidikan Budi Pekerti. (Indonesia:
PT Mancanan Jaya Cemerlang).
Tim Penyusun. Th. Pendidikan Budi
Pekerti. (Indonesia: PT Mancanan Jaya Cemerlang).
Zahruddin AR. 2004. Pengantar
Ilmu Akhlak. (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada). Lihat juga dalam
website: https://copypst. wordpress.com/ makalah-akhlaq-buat-you
http://ewidoyoko.blogspot.com/2010/12/ujub-sumah-dan-riya.html
Jalaluddin Rakhmat. 2008. Membuka
Tirai Kegaiban: Rahasia-Rahasia Sufistik. (Bandung: Mizan pustaka).
http://mytheilmu.blogspot.com/2013 /02/ghadab.html
[1]
Zahruddin AR. Pengantar Ilmu Akhlak, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), Cet ke-1, h. 1. Lihat juga dalam website: https://copypst.
wordpress.com/ makalah-akhlaq-buat-you
[2]
Zahruddin AR, h. 4
[3]
Prof. Dr. H. Moh. Ardani, Akhlak Tasawuf, ( PT. Mitra Cahaya Utama, 2005), Cet
ke-2, h. 29. Lihat juga dalam website: https://copypst.wordpress.com/makalah-akhlaq-buat-you
[4]
Zahruddin AR, h. 4-5.
[5]
Ali Nurdin, dkk., Pendidikan Agama Islam (Tangerang
Selatan : Universitas Terbuka), Thn. 2012, Hlm. 522
[6]
Rachmat Djatmika, Sistem Etika Islam,
(Jakarta :Pustaka Panji Mas, 1996), hlm.26. lihat juga https://www.scribd.com/doc/84403461/MAKALAH-AKHLAK
[7]
Ali Nurdin, 523
[8]
Atikah U.M.Z.A., S.HI., Pendidikan Agama
Islam, (Karanganyar:PT Pratama Mitra Aksara), Thn.2006, Hlm.33
[9]
Abdul Wahid Syalani Yahya, Pendidikan
Agama Islam (Bandung: ArfinonRaya), Thn. 2010, Hlm. 115
[10]
Asy’ari dkk, Pendidikan Agama Islam 3,
Semarang: Aneka Ilmu, Th., Hlm. 85
[11]
Asy’ari dkk, Hlm. 85-86
[12]
Asy’ari dkk, Hlm. 87-88
[13]
Atikah, 24
[14]
Asy’ari dkk, Hlm. 88-92
[15]
Asy’ari dkk, Hlm. 92. Lihat juga Abdul Wahid Syalani Yahya, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: ArfinonRaya), Th. 2010, Hlm.
118
[16]
http://ewidoyoko.blogspot.com/2010/12/ujub-sumah-dan-riya.html
[17]
Jalaluddin Rakhmat, Membuka Tirai Kegaiban: Rahasia-Rahasia Sufistik, Bandung:
Mizan pustaka, 2008, hlm. 106
[18]
Syarifuddin, Pendidikan Agama Islam, (Karanganyar
: PT Pratama Mitra Aksara), Thn. Hlm. 25. Lihat juga Tim Penyusun, Pendidikan Budi Pekerti, (Indonesia: PT
Mancanan Jaya Cemerlang), Thn. Hlm. 1
[19]
Tim Penyusun, Pendidikan Budi Pekerti, (Indonesia:
PT Mancanan Jaya Cemerlang), Thn. Hlm. 1-2
[20]http://islamiwiki.blogspot.com/2014/02/wasiat-nabi-jangan-marah-cara.html#.VStBBI4eq1s.
Lihat juga http://mytheilmu.blogspot.com/2013 /02/ghadab.html
No comments:
Post a Comment