KATA PENGANTAR
Puji syukur khadirat Allah swt, karena atas limpahan
rahmat serta hidayahNya sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang
sangat sederhana ini. Shalawat serta salam selalu penyusun haturkan kepada Nabi
junjungan kita Nabi Muhammad saw beserta para sahabatnya dan pengikutnya hingga
akhir zaman. Makalah ini disusun agar dapat kita manfaatkan bersama untuk
kehidupan kita sehar-hari. Tidak lupa penyusun ucapkan terima kasih kepada
Bapak Drs. Prof. Mujahidin, M.S.I. sebagai Dosen Pengampu Mata Kuliah Sosiologi
Pendidikan.
Penyusun mengakui bahwa makalah ini masih banyak yang
perlu untuk diperbaiki. Untuk itu penyusun memerlukan saran dan kritikan dari
semua pembaca untuk menyempurnakannya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
bersama.
Sambas,
April 2015
Penyusun,
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................... i
DAFTAR ISI......................................................................... ii
BAB I: PENDAHULUAN...................................................... 1
A. Latar
Belakang.............................................................. 1
B.
Rumusan Masalah.......................................................... 1
C.
Tujuan.......................................................................... 1
BAB II: PEMBAHASAN....................................................... 2
A. Sejarah
Sosiologi Pendidikan......................................... 2
B.
Pengertian Sosiologi...................................................... 3
C.
Pengertian Pendidikan................................................... 5
D. Pengertian
Sosiologi Pendidikan.................................... 7
E.
Ruang Lingkup Sosiologi Pendidikan............................. 9
F.
Pendidikan Sebagai Kajian Intrdisiplin dan
Intradisiplin. 11
BAB III: PENUTUP.............................................................. 12
A. Simpulan...................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA............................................................ 13
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Masyarakat mengalami perubahan sosial yang cepat, progresif, dan kerap
kali memperlihatkan gejala desintegratif. Perubahan sosial yang cepat itu
meliputi berbagai bidang kehidupan, dan merupakan masalah bagi semua institusi
sosial, seperti: indsutri, agama, per-ekonomian, pemerintahan, keluarga,
perkumpulan-perkumpulan, dan pendidikan. Masalah sosiologi dalam masyarakat itu
juga dirasakan oleh dunia pendidikan. Masalah pendidikan dalam keluarga,
pendidikan di sekolah, dan pendidikan dalam masyarakat merupakan refleksi
masalah-masalah sosial dalam masyarakat.
Oleh karena itu mengetahui dan
memahami seluk beluk sosiologi pendidikan sangat dianjurkan guna mendapatkan
pengetahuan yang menunjang perkembangan ilmu dan aplikasinya dalam kehidupan
baik sebagai mahluk individu maupun sebagai mahluk sosial.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penyusun dapat merumuskan
beberapa masalah yang akan kita bahas dalam makalah ini yaitu:
1.
Bagaimana sejarah sosiologi pendidikan?
2.
Apa pengertian sosiologi?
3.
Apa pengertian pendidikan?
4.
Apa pengertian dan ruang lingkupsosiologi
pendidikan?
5.
Bagaimana pendidikan sebagai interdisiplin dan
intra disiplin?
C. Tujuan
Tujuan penyusun menyusun makalah ini selain sebagai tugas terstruktur
juga untuk menambah wawasan pembaca tentang sosiologi pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Sosiologi Pendidikan
Kata atau istilah ”sosiologi” pertama-tama muncul dalam salah satu jilid
karya tulis Auguste Comte (1978 – 1857) yaitu di dalam tulisannya yang berjudul
”Cours de philosophie Positive.” Oleh
Comte, istilah sosiologi tersebut disarankan sebagai nama dari suatu disiplin
yang mempelajari ”masyarakat” secara ilmiah. Dalam hubungan ini, ia begitu
yakin bahwa dunia sosial juga ”berjalan mengikuti hukum-hukum tertentu”
sebagaimana halnya dunia fisik atau dunia alam.[1]
Berdasarkan hal diatas, kita tahu bahwa Comte menyakini dunia sosial juga
dipelajari dengan metode yang sama sebagaimana digunakan untuk mempelajari
dunia fisik atau kealaman.
Dan bidang kajian sosiologi pendidikan sendiri, berangkat dari keinginan
para sosiologi untuk meyumbangkan pemikirannya bagi pemecahan masalah
pendidikan. Dalam pandangan mereka, pada saat itu sosiologi pendidikan
diasosiakan dengan konsep ”Educational
Sociology.”
Dalam perkembangannya, pada tahun 1914 sebanyak 16 lembaga pendidikan
menyajikan mata kuliah ”Educational
Sociology” pada periode berikutnya, muncul berbagai buku yang memuat
bahasan mengenai ”Educational Sociology,”
termasuk juga berbagai konsep tentang hubungan antara sosiologi dengan
pendidikan.
Selama puluhan tahun pertama, perkembangan sosiologi pendidikan berjalan
lamban. Perkembangan signifikan sosiologi pendidikan ditandai dengan
diangkatnya Sir Fred Clarke sebagai Direktur Pendidikan Tinggi Kependidikan di
London pada tahun 1937. Clarke menganggap sosiologi mampu menyumbangkan
pemikiran bagi bidang pendidikan.
Sehubungan dengan penamaan sosiologi pendidikan, terdapat perdebatan yang
cukup tajam tentang penggunaan istilah-istilah yang digunakan antara lain sociological approach to education, educational
sociology of education, atau the
foundation. Pada akhirnya dipilih istilah sociology of education dengan tekanan dan wilayah tekanannya pada
proses sosiologis yang berlangsung dalam lembaga pendidikan.
Adapun perkembangan sosiologi di Indonesia diawali hanya sebagai ilmu
pembantu belaka, namun seiring timbulnya perguruan tinggi dana kesadaran bahwa
sosiologi sangat penting dalam menelaah masyarakat Indonesia yang sedang
berkembang maka sosiologi yang salah satunya adalah sosiologi pendidikan menempati
tempat yang penting dalam daftar kuliah di beberapa perguruan tinggi di seluruh
Indonesia.
B. Pengertian Sosiologi
Secara etimologis sosiologi berasal dari kata latin “socius” dan kata
Yunani “logos”. “Socius” berarti kawan, sahabat, sekutu, rekan, masyarakat.
“logos” berarti ilmu. Jadi sosiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
masyarakat.[2]
Dari segi isi, banyak ahli sosiologi mengemukakan berbagai definisi
sosiologi dan pasti berbeda sosiolog berbeda pula cara pandangnya, sehingga
menimbulkan perbedaan pendapat dan per-bedaan pemahaman. Nah, dalam pembahasan
pengertian sosiologi ini, penyusun mencoba memaparkan suatu perbedaan pandangan
dan pemahaman tentang pengertian sosiologi menurut para sosiolog dibawah ini,
yang bisa mempengaruhi kita dalam melihat realitas pendidikan dalam sudut
pandang sosiologi:
1.
David B.
Brinkerhoft dan Lynn K. White
Brinkerhoft dan White (1989: 4) berpendapat
bahwa sosiologi adalah studi sistematik tentang interaksi sosial manusia.
Interaksi sosial disini diartikan sebagai suatu tindakan timbal balik antara
dua orang atau lebih melalui suatu kontak dan komunikasi. Kontak merupakan tahap awal dari terjadinya
interaksi sosial. Kontak berasal dari bahasa latin, yaitu con atau cum dan tango. Con berarti bersama-sama, sedangkan
tango bermakna menyentuh. Jadi, arti
harfiah dari kontak adalah bersama-sama menyentuh. Kontak yang dimaksud bisa verbal dan non verbal. Sedangkan komunikasi diserap dari bahasa Inggris, communication, berakar dari perkataan
bahasa Latin, yaitu communico berarti
membagi, communis bermakna membuat
kebersamaan, communicare yang artinya
berunding atau bermusyawarah, atau communination
yang maknanya pemberitahuan, penyampaian atau pemberian. Dari pengertian
kata ini, komunikasi dapat dipahami sebagai suatu proses penyampaian informasi
timbal balik antara dua orang atau lebih. Informasi yang disampaikan dapat
berupa kata-kata, gerak tubuh atau simbol lainnya yang memiliki makna. Makna
dari suatu kata, gerak tubuh atau simbol lainnya, menurut herbert blumer,
berasal dari interaksi sosial seseorang dengan orang lain. Seperti kontak,
komunikasi juga bisa berupa verbal dan non verbal. Jadi syarat terjadinya
interaksi sosial adalah kontak dan komunikasi.
Definisi sosiologi dari Brinkerhoft dan
White diatas, menempatkan manusia sebagai manusia yang aktif kreatif. Manusia
adalah sebagai pencipta terhadap dunianya sendiri. Proses penciptaan ini
berlangsung dalam hubungan interpersonal. Oleh karena itu, sosiologi yang
dikembangkan lewat definisi ini ialah sosiologi mikro.
2.
Paul B. Horton dan Chester L. Hunt
Horton dan Hunt (1987: 3) berpandangan
bahwa sosiologi sebagai suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari masyarakat. Mereka
mendefinisikan masyarakat sebagai sekumpulan manusia yang secara relatif
mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah
mandiri, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar
kegiatannya dalam kelompok ini.
Sedangkan, menurut P.L. Bergert, masyarakat
merupakan suatu keseluruhan kompleks hubungan yang luas sifatnya. Maksud
keseluruhan kompleks hubungan yaitu terdapat bagian-bagian yang membentuk
kesatuan. Bagian-bagian dalam masyarakat adalah hubungan sosial,
seperti:nhubungan antarjenis kelamin, antar-usia, antar dan interkeluarga dan
hubungan perkawinan. Keseluruhan hubungan sosial ini dikenal dengan masyarakat.
Masyarakat, berdasarkan definisi Bergert, dilihat sebagai sesuatu yang menunjuk
sistem interaksi.
Dari devinisi sosiolog diatas maka
jelaslah, defenisi Horton dan Hunt lebih menekankan aspek ruang dan kuantitas.
Sedangkan Berger lebih menekankan aspek kualitas dan konstruktif.[3]
C. Pengertian Pendidikan
Paedegogic berasal dari bahasa
Yunani, terdiri dari kata “pais”,
artinya anak, dan ”again”
diterjemahkan membimbing, jadi paedagogic yaitu bimbingan yang diberikan kepada
anak.
Secara definitif pendidikan (paedagogic) diartikan, sebagai berikut:
1.
Pengertian Pendidikan Menurut Prof. Dr. John
Dewey: Pendidikan adalah suatu proses pengalaman. Karena kehidupan adalah
pertumbuhan, Pendidikan berarti membantu pertumbuhan batin tanpa dibatasi oleh
usia. Proses pertumbuhan ialah proses menyesuaikan pada tiap-tiap fase serta
menambahkan kecakapan di dalam perkembangan seseorang.
2.
Pengertian Pendidikan Menurut Prof. H. Mahmud
Yunus: Pendidikan adalah usaha-usaha yg sengaja dipilih untuk mempengaruhi dan
membantu anak dengan tujuan peningkatan keilmuan, jasmani dan akhlak sehingga
secara bertahap dapat mengantarkan si anak kepada tujuannya yg paling tinggi.
Agar si anak hidup bahagia, serta seluruh apa yg dilakukanya menjadi bermanfaat
bagi dirinya dan masyarakat.
3.
Pengertian Pendidikan Menurut Prof. Herman H.
Horn: Pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk
yg telah berkembang secara fisk dan mental yg bebas dan sadar kepada Tuhan
seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan
kemauan dari manusia.
4.
Pengertian Pendidikan Menurut M.J. Langeveld:
Pendidikan adalah setiap pergaulan yg terjadi antara orang dewasa dengan
anak-anak merupakan lapangan atau suatu keadaan dimana pekerjaan mendidik itu
berlangsung.[4]
Secara sederhana Pendidikan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),
merupakan proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut juga dipahami bahwa pendidikan merupakan
proses, cara dan perbuatan mendidik[5]
Dari definisi diatas, penyusun dapat mengambil kesimpulan bahwa
pendidikan merupakan suatu proses usaha yang disengaja untuk membimbing,
mengajar, melatih peserta didik dalam rangka mengubah sikap, mental, peningkatan
keilmuan, jasmani dan akhlak menjadi dewasa sehingga secara bertahap dapat
mengantarkan si anak kepada tujuannya yg paling tinggi. Agar si anak hidup
bahagia, serta seluruh apa yg dilakukanya menjadi bermanfaat bagi dirinya dan
masyarakat. Jadi dalam Pendidikan, terdapat komponen-komponen pendidikan yaitu
beberapa diantaranya: pendidik, peserta didik, tempat, materi, metode.
D. Pengertian Sosiologi Pendidikan
Sosiologi pendidikan dapat didefinisikan dengan dua cara. Pertama,
sosiologi pendidikan didefinisikan sebagai suatu kajian yang mempelajari
hubungan antara masyarakat, yang di dalamnya terjadi interaksi sosial, dengan
pendidikan. Dalam hal ini, dapat dilihat bagaimana masyarakat memengaruhi
pendidikan. Juga sebaliknya, bagaimana pendidikan memengaruhi masyarakat.
Tuntunan bagaimana masyarakat memengaruhi pendidikan biasanya berasal
dari budaya termasuk didalamnya hukum, ideologi dan agama. Contohnya: setiap
masyarakat memiliki pola busana. Pola busana ini menjadi rujukan bagi anggota
masyarakat untuk memilih warna, model atau bahan apa yang tepat atau
sepantasnya dikenakan untuk suatu momen tertentu dari kehidupan kita dalam
masyarakat. Pola busana ini disosialisasikan oleh anggota senior masyarakat
kepada anggota juniornya. Sosialisasi merupakan salah satu proses pendidikan.
Selanjutnya bagaimana pendidikan mempengaruhi masyarakat. Banyak aspek
kehidupan masyarakata yang didalamnya dipengaruhi oleh pendidikan. Misalnya:
sebuah perusahaan akan menerima seorang karyawan salah satunya ditentukan oleh
pendidikannya. Demikian pula dengan pola konsumsi dan pola pengasuhan anak
dipengaruhi oleh pendidikan.
Kedua, sosiologi pendidikan didefinisikan sebagai pendekatan sosiologis
yang diterapkan pada fenomena pendidikan. Pendekatan sosiologis terdiri dari:
1.
konsep.
Konsep merupakan pengertian yang menunjuk pada sesuatu. Konsep sosial
ialah konsep keseharian yang digunakan untuk menunjuk sesuatu dan yang dipahami
secara umum dalam suatu masyarakat. Konsep sosiologis merupakan konsep yang
digunakan sosiologi untuk menunjuk sesuatu dalam konteks akademik.
2, Variabel
Variabel adalah konsep akademik, termasuk sebagai konsep sosiologis,
bukan konsep sosial. Variabel merupakan konsep yang memiliki pariasi nilai.
3.
Teori
Teori merupakan abstraksi dari kenyataan yang menyatakan hubungan
sistematis antara penomena sosial.
4.
Metode
Adapun metode sosiologi bertujuan sebagai
alat untuk melakukan penelitian. Metode penelitian sosiologi berkembang dalam
bentuk pendekatan penelitian kualitatif dan pendekatan penelitian kuantitatif
yang meliputi metode survei, studi kasus, studi eksperimen, analisis sekunder,
studi dokumen, analisis isi, dan grounded
reasearch. Berikut sajian suatu model penelitian secara umum mengikuti
langkah yang relatif sama dengan penambahan dan pengurangan tahapan:
a.
Memilih suatu topik
b.
Mendefinisikan masalah
c.
Meninjau bahan pustaka
d.
Merumuskan suatu hipotesis
e.
Merumuskan definisi operasional atau definisi
konsep
f.
Memilih suatu metode penelitian
g.
Mengumpulkan data
h.
Analisis hasil
i.
Menulis dan menyebarkan hasil penelitian
Fenomena pendidikan tidak hanya terbatas pada tataran mikro saja seperti:
proses belajar mengajar dilembaga pendidikan tetapi juga pada tataran makro
seperti politik pendidikan. Selain itu, tidak hanya menyangkut realitas
subjektif seperti sosialisasi tetapi juga realitas objektif seperti ideologi
pendidikan. Fenomena pendidikan berkembang seiring dengan perkembangan
teknologi, informasi, ekonomi, dan sosial budaya masyarakat. Oleh karena itu, per-kembangan
sosiologi pendidikan selalu terbuka dan dinamis seiring dengan perkembangan
masyarakat dan kehidupan yang melingkupinya.[6]
E. Ruang Lingkup Pendidikan
Penelitian dan analisis terhadap sistem pendidikan berdasarkan keduanya
yang sekarang, tentunya sudah bisa dikuatkan antar-antar ruang lingkup
sosiologi pendidikan. Karena minat dan pengalaman, ruang lingkup yang diajukan
ini terbatas pada wilayah analisis seputar sistem pendidikan formal.
Dalam hubungan ini, Nasution mengemukakan ruang lingkup sosiologi
pendidikan meliputi pokok-pokok berikut ini:
1.
Hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek
lain dalam masyarakat
a.
Hubungan pendidukan dengan sistem sosial atau
struktur sosial
b.
Hubungan antara sistem pendidikan dengan proses
kontrol sosial dan sistem kekuasaan
c.
Fungsi pendidikan dalam kebudayaan
d.
Fungsi sistem pendidikan dalam proses perubahan
sosial dan kultural atau usaha mempertahankan status quo, dan
e.
Fungsi sistem pendidikan formal bertalian dengan
kelompok rasial, kultural dan sebagainya
2.
Hubugan antar manusia di dalam Sekolah
a.
Hakikat kebudayaan Sekolah sejauh ada
perbeadaanya dengan kebudayaan diluar sekolah dan
b.
Pola interaksi sosial dan stuktur masyarakat
Sekolah, yang antara lain meliputi berbagai hubungan kekuasaan, stratifikasi
sosial dan pola kepemimpinan informal sebagai terdapat dalam clique serta
kelompok-kelompok murid lainnya
3.
Pengaruh Sekolah terhadap perilaku dan
kepribadian semua pihak disekolah / lembaga pendidikan
a.
Peranan sosial guru-guru / tenaga pendidikan
b.
Hakikat kepribadian guru / tenaga pendidikan
c.
Pengaruh kepribadian guru / tenaga kependidikan
terhadap kelakuan anak / peserta didik, dan
d.
Fungsi sekolah / lembaga pendidikan dalam sosial
murid / peserta didik.
4.
Hubungan lembaga pendidikan dalam masyarakat
Di sini dianalisis pola-pola interaksi
antara sekolah/ lembaga pendidikan dengan kelompok-kelompok sosial lainnya
dalam masyarakat di sekitar sekolah / lembaga pendidikan. Hal yang termasuk
dalam wilayah itu antara lain yaitu :
a.
Pengaruh masyakarat atas organisasi Sekolah
/lembaga pendidikan
b.
Analisis proses pendidikan yang terdapat dalam
sistematis sosial dalam masyarakat luar sekolah.
c.
Hubungan antara Sekolah dan masyarakat
pendidikan dan
d.
Faktor-faktor demografi dan ekologi dalam
masyarakat yang berkaitan dengan organisasi Sekolah, yang perlu untuk memahami
sistem pendidikan dalam masyarakat serta integrasinya di dalam kehidupan
masyarakat.
Ruang lingkup sosiologi pendidikan tersebut pada dasarnya untuk
mempererat dan meningkatkan tujuan pendidikan secara keseluruhan. Karena itu,
sosiologi pendidikan tidak akan keluar dari upaya-upaya agar pencapaian tujuan
dan fungsi pendidikan tercapai menurut pendidikan itu sendiri.[7]
F. Pendidikan Sebagai Kajian Interdisiplin dan
Intradisiplin
Konsep disiplin dalam pembicaraan kita adalah ilmu pengetahuan (science), misalnya ilmu ekonomi,
manajemen, sosiologi, antropologi, dan psikologi. Dengan demikian, kajian
interdisiplin yang dimaksudkan disini ialah kajian lintas ilmu yang berbeda
atau antar ilmu yang berbeda. Adapun kajian intradisiplin ialah kajian di dalam
ilmu itu sendiri yang memiliki berbagai macam cabang ilmu. Sosiologi memiliki
beberapa cabang ilmu, misalnya sosiologi industri, hukum, ekonomi, industri,
pendidikan, polotik dan perilaku menyimpang.
Pendidikan memang merupakan salah satu kajian utama dalam ilmu
pendidikan, namun sekarang pendidikan telah menjadi kajian interdisiplin.
Pendidikan tidak hanya dikaji oleh ilmu
pendidikan, tetapi juga oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, ilmu
ekonomi, antropologi, psikologi dan politik. [8]
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Sosiologi pendidikan berasal dari dua kata sosiologi dan pendidikan.
Keduanya mempunyai satu kesatuan dalam pengertiannya. Dari kedua pengertian
sosiologi dan pengertian pendidikan diatas maka sosiologi pendidikan dapat
didefinisikan dengan dua cara. Pertama, sosiologi pendidikan didefinisikan
sebagai suatu kajian yang mempelajari hubungan antara masyarakat, yang di
dalamnya terjadi interaksi sosial, dengan pendidikan. Dalam hal ini, dapat
dilihat bagaimana masyarakat memengaruhi pendidikan
Nasution mengemukakan ruang lingkup sosiologi pendidikan meliputi
pokok-pokok berikut ini:
1.
hubungan sistem pendidikan dengan aspek-aspek
lain dalam masyarakat
2.
hubungan antar manusia di dalam Sekolah
3.
pengaruh Sekolah terhadap perilaku dan
kepribadian semua pihak disekolah / lembaga pendidikan
4.
hubungan lembaga pendidikan dalam masyarakat
Sekarang pendidikan telah menjadi kajian interdisiplin. Pendidikan tidak hanya dikaji oleh ilmu pendidikan,
tetapi juga oleh ilmu-ilmu sosial lainnya seperti sosiologi, ilmu ekonomi,
antropologi, psikologi dan politik.
DAFTAR PUSTAKA
Chaerudin, dkk.1995. Materi Pokok Pendidikan IPS 1. Jakarta: Universitas Terbuka.
Faisal, Sanapiah dan Yasik, Nur. tt. Sosiologi
Pendidikan. Surayaba: Usaha Nasional.
Nasution. 2004. Sosiologi Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara.
Prof. Dr. Damsar. 2011. Pengantar
Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Kencana Prehada Media Group.
http://www.pengertianahli.com/2013/07/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html.
Diakses pada tanggal 19 April 2015.
https://surudin.wordpress.com/ . Diakses pada tanggal 19 April 2015.
[1] Faisal, Sanapiah dan
Yasik, Nur, Sosiologi Pendidikan,
Surayaba: Usaha Nasional, t.t, Hlm. 11. Lihat juga https://surudin.wordpress.com/
[2] Chaerudin, dkk, Materi Pokok Pendidikan IPS 1, Jakarta:
Universitas Terbuka, Thn. 1995, Hlm. 67. Lihat juga https://surudin.wordpress.com/
[3] Prof. Dr. Damsar, Pengantar Sosiologi Pendidikan, (Jakarta:
Kencana Prehada Media Group), Th. 2011, Hlm. 1-8
[4] http://www.pengertianahli.com/2013/07/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html
[5] Ibid, Hlm. 8
[6] Ibid 8-15
[7] Nasution, Sosiologi Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, Thn. 2004, Hlm. 6-7. Lihat juga https://surudin.wordpress.com/
[8] Ibid 16
No comments:
Post a Comment